Belum lagi jalur lari yang cukup berat baginya sebagai pelari rekreasional dan cuaca yang cukup terik, serta kelembapan udara yang relatif tinggi. Ia tak menampik, begitu di titik start dirinya merasa ragu apakah akan bisa bertahan dengan pace (irama kecepatan lari) yang direncanakan selama 42 kilometer. Untungnya saat ia mulai berlari, tidak terjadi banyak masalah.
"Memang tanjakan-tanjakannya menyakitkan, memang terik matahari menyengat, tapi Alhamdulillah saya bisa mengatur mental untuk terus melaju dan berhasil menyelesaikannya dengan baik. Saya puas dan masih euforia dengan pencapaian kemarin," sambung Kamil.
Pria 37 tahun ini mengaku saat melakukan kegiatan olahraga lari ini anak dan istrinya tentu merasa khawatir dengan kondisinya. Kendati demikian, Kamil mengaku keluarganya sangat mendukungnya melakukan maraton.
"Keluarga saya, terutama istri dan ketiga anak selalu saya libatkan dalam semua keputusan personal saya termasuk mendaftar marathon, berlatih, sampai menemani saya sebagai supporter saat hari H. Saya merasa mereka adalah bagian dari semua capaian saya termasuk apa yang telah dicapai di Borobudur Marathon kemarin," ungkapnya.
Tak sekedar hobi, ternyata Kamil mengikuti event lari marathon ini karena memiliki misi khusus lho untuk membantu Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia. Yayasan tersebut memberikan layanan psikososial dengan pendampingan, penyaluran bantuan dana dan akses untuk informasi dan tata laksana lanjut dalam penanganan kanker bagi anak dengan kanker dari keluarga prasejahtera untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
“Jdi setelah saya didiagnosis, pulih dan kembali berolahraga lari, saya membuat gerakan bernama “Miles to Share”. Tahun ini adalah ke 5 kali Miles to Share mengadakan penggalangan dana sejenis untuk membantu komunitas dan saudara-saudara kita yang sedang menghadapi permasalahan akibat kanker di Indonesia," tutup Kamil.
(Rizky Pradita Ananda)