MASYARAKAT Tionghoa di Riau punya festival budaya tahunan Bakar Tongkang. Tradisi tersebut bertujuan memperingati kehadiran orang Tionghoa ke Bagansiapiapi, Ibu Kota Kabupaten Rokan Hilir sejak 1820 Masehi.
Bagansiapiapi, terkenal sebagai galangan kapal tradisional terbesar di Indonesia. Ritual pembakaran kapal tongkang tersebut sebagai simbol bahwa masyarakat Tionghoa serius ingin menetap dan mengembangkan Bagansiapiapi yang dijuluki sebagai Hong Kong van Andalas.
Tradisi Bakar Tongkang yang dalam bahasa Hokkien bernama Go Gek Cap Lak sudah berlangsung sejak 134 tahun silam. Tradisi tersebut juga dijadikan sebagai ritual syukuran dan penghormatan kepada Dewa Laut atas hasil tangkapan ikan yang melimpah.
BACA JUGA:
Namun, pada masa pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto, tradisi bakar tongkang sangat dilarang.
Setelah Soeharto tumbang di tangan rakyat, tradisi budaya Tionghoa tersebut kembali dihidupkan sejak era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Tahun ini, Festival Bakar Tongkang kembali digelar pada 2-4 Juli 2023 di Bagansiapiapi setelah sempat tiga tahun vakum akibat pandemi COVID-19.
Acara adat Tionghoa menarik perhatian wisatawan lokal hingga mancanegara terutama dari Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan hingga China Daratan.
BACA JUGA:
Sejarah Bakar Tongkang
Dikutip dari laman resmi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Riau, leluhur Bagansiapiapi diyakini merupakan orang Tang-lang generasi Hokkien yang berasal dari Distrik Tong’ an ( Tang Ua) di Xiamen, Provinsi Fujian, China Selatan yang meninggalkan tanah airnya dengan kapal tongkang.
Awal mulanya, terdapat 3 kapal tongkang dalam ekspedisi ini, akan tetapi cuma satu kapal yang menggapai tepi laut Sumatera. Kelompok ini kemudian memutuskan untuk menetap dan memberinya nama Bagansiapiapi ataupun“ Tanah Kunang- kunang”.