Lestarikan tradisi
Darmaji, salah seorang tokoh masyarakat Dukuh Mlambong Sruni, menyampaikan tradisi mengarak ratusan ekor sapi warga di Dukuh Mlambon Desa Sruni yang digelar setiap hari ke-8 Idul Fitri itu untuk melestarikan budaya.
Konon, kata Darmadji, Nabi Sulaiman yang mengusai hewan memeriksa ternak milik petani. Setelah itu, dengan perkembangan zaman, tradisi dibudayakan oleh masyarakat lereng Gunung Merapi hingga sekarang bersamaan merayakan Lebaran Ketupat.
Tradisi arak ternak sapi juga digelar warga di Kampung Mlambong, Gedong dan Rejosari. Ada sebanyak 200 keluarga dan setiap keluarga memiliki dua ekor hingga 10 ekor sehingga ada ratusan ekor sapi yang ikut diarak keliling kampung.
Ternak sapi sebelum diarak keliling kampung diberikan makanan ketupat dan kemudian dioleskan atau diberikan minyak wangi sehingga baunya juga harum.
Ternak sapi layak dimanjakan oleh pemiliknya, karena ternak itu dapat memberi kesejahteraan masyarakat setempat. Warga bisa makan, menyekolahkan anak, dan memberikan kesejahteraan dari hasil ternak sapi.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali Darmanto menyampaikan bagi masyarakat Boyolali pada umumnya dan Desa Sruni pada khususnya, sapi merupakan bagian dari hidup dan kehidupan.
Praktis hidup masyarakat secara keseluruhan tidak bisa dipisahkan dari keberadaan sapi. Untuk itu, pada momen Lebaran Ketupat ini, masyarakat memperlakukan ternak sapi bagian dari hidupnya.
Jadi ketika warga suka, sapi mereka juga harus gembira. Sebaliknya, jika pemilik sedih, sapinya ikut murung.