Wisata religi ini diharapkan berdampak terhadap pembangunan pariwisata dan perekonomian masyarakat di daerah ini karena memang bisa mengundang ribuan wisatawan untuk datang ke daerah ini.
Untuk itu, diharapkan pemerintah setempat bisa mengemas berbagai wisata religi, seperti Ceng Beng ini agar menjadi pendorong pembangunan dan perekonomian masyarakat Bangka Belitung.
Arti Ceng Beng
Pada dasarnya Ceng Beng disebut juga Qingmingjie di Negeri Tirai Bambu. Kata Ceng Beng pada bahasa Hokkian terdiri atas dua kata. Budayawan Bangka Belitung Akhmad Elvian menyatakan kata ceng memiliki arti bersih dan beng berarti terang.
"Ceng itu sendiri artinya bersih atau resik, jadi seminggu sebelum hari H tanggal 4 atau 5 itu keluarga sudah mulai melaksanakan pembersihan terhadap makam, kemudian tanggal 4 atau 5 Beng yakni artinya terang. Menjelang terbitnya Matahari sampai siang mereka akan melakukan ritual kepada leluhur," kata Elvian.
Tradisi yang biasanya dilaksanakan pada tanggal 4 atau 5 April dalam kalender Masehi itu dilakukan oleh orang-orang Tionghoa khususnya yang beragama Konghucu dalam rangka menghormati leluhur.
"Ceng Beng dilaksanakan pada tanggal 4 atau 5 April dalam kalender Masehi, jika jatuh pada tanggal 4 April biasanya pelaksanaannya pada tahun kabisat dan pada 5 April pada tahun biasa," kata Elvian.
Tradisi Ceng Beng turut menjadi momen berharga bagi masyarakat Tionghoa karena melaksanakan Ceng Beng artinya akan berkumpul bersama keluarga besar yang tinggal di daerah mana pun untuk pulang dan melaksanakan tradisi ziarah kubur bersama.
Pada tahun 2023, puncak perayaan Ceng Beng jatuh pada tanggal 5 April. Untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung setiap tahunnya tradisi ziarah kubur bagi masyarakat Tionghoa ini berpusat di permakaman Sentosa.