TERKADANG, seseorang harus rela merogoh kocek cukup besar hanya untuk menyantap hidangan lezat seperti steak. Makanan berbahan dasar daging sapi itu memang terkenal mahal, karena menggunakan daging dengan kualitas terbaik.
Namun ternyata, belakangan ini sejumlah restoran di dalam maupun luar negeri, sudah berani menawarkan hidangan tersebut dengan harga yang sangat terjangkau. Sejumlah pertanyaan besar pun muncul, mengapa harganya menjadi begitu murah?
Amerika Serikat merupakan contoh terbaik untuk mengetahui perkembangan isu ini. Bagaimana tidak? untuk mendapatkan dua hamburger dengan minuman bersoda, Anda hanya perlu mengeluarkan sekira Rp67 ribu. Ini berkaitan dengan sebuah data yang mengungkapkan bahwa, sebagian besar penduduk Amerika hanya menghabiskan 9,5 persen pendapatan mereka untuk makanan.
Berdasarkan hasil laporan PBS, munculnya perusahaan-perusahaan peternakan besar menjadi salah satu alasannya.
Mantan Sekretaris Pertanian US, Dan Glickman mengatakan, "Saat ini kita tidak banyak memerhatikan bagaimana proses pembuatan sebuah makanan hingga dihidangkan di meja makan," tuturnya. Jika diteliti lebih dalam, banyak peternakan besar yang menghadapi berbagai masalahan pelik mulai dari mengatur kotoran hewan hingga kualitas air.
"Belakangan ini, banyak peternakan yang meletakkan hewan mereka dalam jarak dekat sebagai bentuk efisiensi. Namun sayangnya, cara tersebut justru memudahkan bakteri untuk mengontaminasi dengan cepat, jika salah satu hewan terjangkit penyakit,” tambah Glickman.
Dr. Robert Tauxe dari Centers for Disease Control and Prevention mengatakan, “Saya merasa industrilisasi pasokan daging kita rawan terjangkit virus salmonella, campylobacter, E.coli O157. Ini sangat berbahaya bagi para konsumen,” jelasnya.
Pernyataan tersebut turut diakui CEO American Meat Institute, Patrick Boyle, ia mengungkapkan bahwa harga daging memang terbilang murah karena munculnya inovasi baru yang lebih efisien. Tetapi, dampaknya juga sebanding dengan risiko yang ditanggung konsumen. Demikian lansir dari Mashed, Selasa (27/12/2016).
(Santi Andriani)