Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

7 Makanan yang Tidak Baik untuk Perkembangan IQ Anak

Aulia Rizky Utami , Jurnalis-Senin, 11 Agustus 2025 |06:05 WIB
7 Makanan yang Tidak Baik untuk Perkembangan IQ Anak
7 Makanan yang Tidak Baik untuk Perkembangan IQ Anak (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Tujuh makanan yang tidak baik untuk perkembangan IQ anak. Banyak orang tua berusaha memberikan nutrisi terbaik untuk buah hatinya demi tumbuh kembang yang optimal. Namun, tanpa disadari, beberapa makanan yang terlihat “aman” justru berpotensi menghambat perkembangan otak anak. Berbagai penelitian membuktikan, pola makan yang tidak tepat di usia pertumbuhan dapat memengaruhi fungsi kognitif, memori, hingga tingkat kecerdasan anak di masa depan.

Kecerdasan anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik dan stimulasi belajar, tetapi juga oleh asupan gizi sehari-hari. Peneliti dari University of Illinois menemukan bahwa anak-anak yang sering mengonsumsi gula tambahan dan makanan olahan cenderung memiliki kemampuan fokus dan memori yang lebih rendah dibanding mereka yang mengonsumsi makanan sehat. Hal ini diperkuat oleh kajian dari Frontiers in Nutrition yang mengungkap adanya hubungan antara diet tinggi lemak jenuh dan gula dengan penurunan volume hippocampus, bagian otak yang berperan penting dalam proses belajar.

minuman manis

Berikut adalah 7 jenis makanan yang perlu diwaspadai karena dapat menghambat kecerdasan anak:

1. Makanan dan minuman tinggi gula (refined sugar dan added sugar)


Konsumsi gula halus berlebih, seperti yang terdapat pada permen, minuman bersoda, atau jus kemasan, dapat memicu gangguan pada fungsi eksekutif otak anak. Dikutip dari ScitechDaily, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak berusia 18 bulan hingga 2 tahun yang mengonsumsi lebih banyak camilan manis dan makanan olahan cenderung mengalami kesulitan pada aspek-aspek dasar fungsi eksekutif, seperti pengendalian diri, memori kerja, serta keterampilan perencanaan dan organisasi.

2. Makanan cepat saji


Burger, kentang goreng, dan makanan olahan pabrik umumnya mengandung lemak jenuh, natrium, serta zat aditif yang dapat mengganggu fungsi sel otak. Dalam jurnal Frontiers in Public Health, para peneliti menyimpulkan bahwa konsumsi makanan ultra-olahan (ultra-processed foods/UPFs) sejak masa awal kehidupan dapat menghambat perkembangan kognitif anak dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental jangka panjang, termasuk gangguan neurodevelopmental seperti ADHD dan ASD.

 

3. Produk berkafein


Kafein yang terkandung dalam kopi, teh, dan cokelat jika dikonsumsi berlebihan dapat mengganggu kualitas tidur anak dan menghambat penyerapan zat besi, yang penting untuk pengiriman oksigen ke otak. Gangguan tidur pada anak berdampak langsung pada penurunan konsentrasi, memori, dan kemampuan belajar di sekolah.

4. Pewarna makanan buatan


Pewarna sintetis yang banyak digunakan dalam permen, minuman berwarna, dan camilan anak-anak telah dikaitkan dengan gejala hiperaktivitas dan gangguan fokus. Sebuah laporan dari California yang didukung UC Berkeley dan UC Davis menyatakan bahwa konsumsi pewarna makanan buatan terkait dengan “hasil neurobehavioral buruk pada sejumlah anak.”

5. Daging olahan


Sosis, nugget, kornet, dan daging olahan lainnya biasanya tinggi natrium, lemak trans, serta pengawet kimia seperti nitrat. Menurut World Health Organization (WHO), konsumsi daging olahan secara rutin tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga berpotensi memengaruhi kesehatan otak melalui efek inflamasi dan stres oksidatif.

 

6. Soda dan minuman manis kemasan

Konsumsi rutin soda dan minuman manis lainnya telah dikaitkan dengan gangguan fungsi kognitif. Studi Frontiers in Nutrition menyatakan bahwa asupan gula berlebih, khususnya minuman berpemanis (sugar-sweetened beverages/SSBs), dapat menurunkan kemampuan eksekutif, seperti memori kerja dan perhatian pada remaja dan anak-anak.

7. Karbohidrat olahan


Karbohidrat olahan seperti roti putih, camilan asin, dan mi instan mudah diubah menjadi gula dalam tubuh, memicu kenaikan dan penurunan energi yang tajam—fenomena yang dikenal sebagai energy crash. Healthline menyebut bahwa konsumsi intensif gula dan karbohidrat olahan dapat merusak hippocampus, bagian otak penting untuk belajar dan memori.

Maka dari itu, menjaga kesehatan otak tidak hanya bergantung pada stimulasi mental, tetapi juga pada pilihan makanan sehari-hari. Dengan membatasi konsumsi makanan dan minuman yang berisiko merusak fungsi kognitif, kita dapat membantu otak tetap optimal dan melindungi kesehatan mental anak di masa depan.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement