DUNIA hiburan dan olahraga kehilangan salah satu ikonnya. Hulk Hogan, legenda WWE yang memiliki nama asli Terry Bollea, meninggal dunia pada Kamis pagi, 24 Juli 2025, di usia 71 tahun. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh perwakilan keluarga.
“Hati kami hancur. Terry adalah pribadi yang luar biasa, seorang suami, ayah, dan sahabat yang sangat kami cintai,” tulis pernyataan keluarga.
Menurut laporan TMZ, layanan darurat 911 menerima panggilan dari kediaman Hogan di Clearwater, Florida. Ia dilaporkan mengalami serangan jantung mendadak (sudden cardiac arrest). Meski tim medis segera datang dan membawanya ke rumah sakit, Hogan dinyatakan meninggal dunia sesampainya di ruang gawat darurat.
Sang istri, Sky Daily, menyampaikan bahwa Hogan sebenarnya masih dalam proses pemulihan pascaoperasi Anterior Cervical Discectomy and Fusion (ACDF) pada Mei 2025. Operasi ini dilakukan untuk mengatasi masalah pada tulang belakang leher. Dalam unggahan Instagram pada 12 Juli, Sky sempat menepis rumor yang menyebut kondisi suaminya memburuk drastis pascaoperasi. Ia menyebut Hogan masih kuat dan tidak mengalami koma atau kerusakan otak.
Namun, kondisi tubuh pascaoperasi bisa menjadi faktor risiko tambahan terhadap gangguan jantung, terutama pada lansia yang memiliki riwayat atau kerentanan terhadap masalah kardiovaskular.
Sudden cardiac arrest (SCA) atau henti jantung mendadak adalah kondisi di mana jantung secara tiba-tiba berhenti berdetak akibat gangguan pada sistem kelistrikan jantung, bukan karena penyumbatan pembuluh darah seperti pada serangan jantung.
Dalam kondisi ini, detak jantung menjadi tidak teratur (arrhythmia), lalu berhenti sama sekali. Aliran darah ke otak dan organ vital pun terputus, menyebabkan pingsan, henti napas, dan dalam beberapa menit bisa menyebabkan kematian.
Mengutip Mayo Clinic, gejala utama SCA meliputi:
- Kolaps mendadak tanpa sebab
- Tidak ada nadi
- Tidak bernapas
- Hilang kesadaran
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Jantung berdebar kencang (palpitasi)
- Rasa lemas atau pusing
Namun, SCA sering terjadi tanpa peringatan sama sekali.
Penyebab paling umum dari SCA adalah ventricular fibrillation, yaitu irama jantung kacau di bilik bawah jantung. Hal ini menyebabkan jantung bergetar tanpa memompa darah. Jika tidak segera ditangani dengan defibrillator atau CPR, kondisi ini bisa berujung pada kematian dalam hitungan menit.
Faktor medis yang meningkatkan risiko SCA meliputi:
- Penyakit jantung koroner (coronary artery disease)
- Serangan jantung sebelumnya
- Pembesaran jantung (cardiomyopathy)
- Kelainan irama jantung seperti Long QT Syndrome
- Kelainan jantung bawaan (kongenital)
Faktor gaya hidup dan kondisi lain juga turut meningkatkan risiko, seperti:
- Merokok
- Hipertensi
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Diabetes
- Konsumsi narkoba seperti kokain atau amfetamin
- Kurangnya aktivitas fisik
- Sleep apnea
- Kadar elektrolit rendah (kalium dan magnesium)
Bisakah SCA Dicegah?
SCA memang mematikan, namun bisa dicegah jika faktor risikonya dikenali dan dikelola sejak dini. Pencegahan meliputi:
- Menjaga pola makan sehat
- Olahraga rutin
- Tidak merokok
- Rutin memeriksa tekanan darah, kolesterol, dan gula darah
- Pemeriksaan jantung berkala, terutama bila memiliki riwayat keluarga
Bagi orang yang berisiko tinggi, dokter bisa menyarankan pemasangan alat Implantable Cardioverter-Defibrillator (ICD) untuk mencegah kematian mendadak.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)