Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ternyata, Stimulasi Oromotor Terjadi Sejak dalam Kandungan!

Rani Hardjanti , Jurnalis-Jum'at, 27 Juni 2025 |22:16 WIB
Ternyata, Stimulasi Oromotor Terjadi Sejak dalam Kandungan!
Ternyata, Stimulasi Oromotor Terjadi Sejak dalam Kandungan! (Foto: ist)
A
A
A

TERNYATA anak sudah mempersiapkan diri melakukan stimulasi oromotor secara mandiri. Stimulasi ini tanpa disadari telah terjadi sejak dalam kandungan. 

Stimulasi oromotor mencakup koordinasi gerakan otot dalam rongga mulut, seperti rahang, gigi, lidah, langit-langit, bibir, dan pipi, yang merupakan dasar dari kemampuan makan dan berbicara.

Stimulasi oromotor ini sangat berperan dalam proses makan si buah hati ke depannya. Meski sudah sejak dalam kandungan, namun ketika sudah lahir perlu terus diberikan stimulus. 

Gejala yang sering dialami oleh anak yang tidak mendapatkan stimulasi oromotor yang cukup adalah menjadi picky eater. Ujung-ujungnya berdampak pada gerakan tutup mulut (GTM) pada si buah hati. 

"Persiapan stimulasi dia justru dimulai sejak dalam kandungan? Janin 'ngenyot jempol': cara stimulasi paling dini," demikian dijelaskan dr Tan Shot Yen, seperti dikutip dariakun Instagram, Jumat (27/6/2025). 

Setelah janin dilahirkan, maka stimulasi selanjutnya adalah menyusu langsung pada payudara ibu, untuk mendapatkan air susu ibu (ASI). Namun, selanjutnya keterampilan oromotor tidak dapat berkembang secara instan, melainkan memerlukan latihan dan pembelajaran yang berkelanjutan. Salah satunya menggunakan teether. "Boleh saja, saat masih ASI eksklusif," imbuhnya. 

 

Makanan Pendamping ASI (MPASI) 

Setelah enam bulan, MPASI masih diberikan dalam tekstur yang halus dan kental. Pada usia tersebut anak sudah bisa latihan menggenggam dan kunyah. Tetapi harus dipahami, pada fase ini jangan tuntut anak untuk mengunyah dan telat. 

"Ïtu gunanya biji mangga, batang tebon nanas, batang tebu, diperkenalkan," ujarnya. 

Menurutnya bahan-bahan tersebut efektif untuk melatih otot-otot lingkar mulut, pipi, rahang. Pastikan, materi makanan yang digunakan tidak potek atau patah. Pasalnya bisa berisiko bagi si anak, seperti akan mengalami tersedak.  

"Ukuran harus cukup besar buat digenggam," imbuh dr Tan. 

(Rani Hardjanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement