Menariknya, Perusahaan tersebut diketahui mulai menghapus produk gelas plastik 220 ml dari situs resminya dan menggantinya dengan label yang berbeda berukuran serupa. Namun, produk gelas plastik lama masih banyak dijual di pasaran.
Selain itu, audit Sungai Watch menemukan adanya perbedaan harga yang signifikan antara kedua produk tersebut. Pada Februari 2025, volume air dalam produk gelas bahkan menyusut dari 220 ml menjadi 200 ml tanpa ada perubahan harga. “Konsumen sekarang membayar sama, tapi mendapatkan lebih sedikit,” ucap Sam dalam laporan tersebut.
Sungai Watch menilai bahwa perubahan kemasan ini tidak memberikan dampak signifikan terhadap pengurangan sampah plastik. Tanpa adanya sistem pengelolaan sampah yang memadai, perubahan ini justru memperkuat ketergantungan pada plastik yang sulit didaur ulang.
"Ketika perusahaan mengklaim akan mengurangi polusi plastik, publik mengharapkan aksi nyata, bukan sekadar perubahan kosmetik," tutur Sam.
(Agustina Wulandari )