Yasnidar Wahab juga menekankan bahwa festival ini sebagai cara konkret mengajak masyarakat untuk bangga dan aktif menjaga warisan ini demi masa depan budaya Minangkabau.
Festival ini tidak hanya memperlihatkan kebanggaan masyarakat Minangkabau terhadap budaya mereka, tetapi juga membuka dialog lintas generasi untuk melestarikan sistem kekerabatan matrilineal sebagai aset budaya dunia seperti tradisi Arak Iriang Bakaua Adat, dan pentas teater Sandiwara Baru Renteng Langsai.
Ada juga pentas tari Koreaografi Vernakular rantak Nagari Parampuan, screening film layar matrilineal yang menampilkan film dokumenter dan fiksi karya Sienas Sumatera Barat yakni film Amak, Gadih Basanai, dan Salisiah Adaik dan instalasi seni “nostalgia” hasil kolaborasi tiga seniman perempuan, Maharani Mancanagara, Haiza Putti, dan Sisca Aprisia.
(Qur'anul Hidayat)