Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, menyebut gejala DBD perlu diwaspadai karena sekira 50 persen kasus tidak bergejala. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang dapat mendeteksi penyakit DBD, baik yang ditularkan melalui binatang atau disebabkan karena lingkungan, termasuk yang terkena dampak perubahan iklim.
Meskipun DBD dapat disembuhkan, masyarakat tetap perlu waspada terhadap kemungkinan komplikasi terjadinya syok atau dengue shock syndrom (DSS) yang bisa berujung kematian. Tanda-tanda DSS di antaranya adalah muntah terus-menerus, nyeri perut hebat, kaki dan tangan (akral) pucat, dingin dan lembab, nadi melemah, lesu atau gelisah, perdarahan, dan jumlah urin menurun.
Maxi menyarankan, jika mengalami gejala demam lebih dari tiga hari disertai sejumlah gejala lainnya segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dan lakukan pemeriksaan darah. DBD dapat disembuhkan bila segera ditangani dengan cepat dan tepat.
Maxi meminta masyarakat untuk tidak terlalu panik terhadap kenaikan kasus DBD. Menurutnya, hal yang terpenting adalah tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar kasus DBD dapat segera terkendali dan mengalami penurunan. Dia juga mengimbau masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus secara berkala dan menyeluruh, terutama saat musim hujan seperti sekarang.
“Mulai sekarang, cek kebersihan di rumah maupun lingkungan sekitar. Jangan sampai ada barang-barang yang berpotensi menimbulkan genangan air. Kalau dibiarkan, nanti bisa jadi tempat berkembang biak nyamuk dengue. Bila menemukannya, sebaiknya segera dikuras, dikeringkan, atau ditutup dan bahkan bila perlu didaur ulang,” kata Maxi.
(Kemas Irawan Nurrachman)