KASUS remaja berusia 14 tahun yang tega membunuh ayah dan neneknya di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan belakangan menjadi sorotan.
Diketahui, remaja belasan tahun ini tak hanya membunuh sang ayah dan nenek, namun juga berupaya membunuh ibunya pada Sabtu 30 November dini hari.
Beredar informasi terkait salah satu motif pembunuhan yang dilakukan remaja tersebut. Ia diduga mengalami kondisi gangguan jiwa imbas tertekan dengan tuntutan akademis dari keluarganya.
Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Vera Itabiliana, mengatakan ada pemicu mengapa remaja tersebut merasa tertekan hingga berujung mengalami gangguan kondisi kejiwaan. Misalnya, karena tidak mendapat dukungan dari lingkungan, perlakuan atau didikan kurang tepat dari keluarga, hingga kebebasan yang terkekang.
“Nah kalau misalnya lingkungan sekitar tidak memahami apa yang sedang terjadi pada remaja ini, bisa jadi perlakuannya salah atau kurang tepat,” ujar Vera saat menjadi nara sumber di Morning Zone Okezone, Senin (2/12/2024).
“Sehingga anak ini ada kebutuhan yang tidak terpenuhi atau harusnya ada dibatasi tapi dibiarkan, jadi nggak pas semuanya,” lanjutnya.
Melihat kasus ini, Vera menyebut bahwa batasan-batasan serta tuntutan berlebih dari keluarga bisa memicu timbulnya perasaan tertekan pada anak di usia remaja. “Nah, kalau misalnya lingkungan tidak memahami, contohnya ketika si remaja ini mengeluh, marah-marah, kemudian lingkungan langsung 'mematikan',” pungkasnya.
“Misal bilang ke anak kamu tuh nggak boleh marah, kamu harusnya bersyukur dan sebagainya. Misalnya dia ada kebutuhan untuk bergaul sama teman-temannya, kebutuhan untuk mengikuti tren, tapi itu dibatasi karena harus belajar terus. Nah itu bisa ada pressure-pressure yang nanti mengarah ke gangguan kejiwaan,” katanya.
Bahkan, tuntutan dan batasan yang berlebihan dari lingkungan keluarga juga bisa memicu masalah lain, misalnya gangguan tidur pada anak karena dipicu oleh perasaan cemas dan depresi.
Menurutnya, ketika orang sudah memiliki masalah pada ritme tidur, bisa memicu masalah pada kondisi kesadaran dan pengendalian emosi.
“Dan remaja karena memang masih dipengaruhi oleh emosi, jadi risiko untuk overthingking sehingga itu menganggu tidurnya. Kemudian munculah gangguan-gangguan yang dia persepsikan sebagai bisikan-bisikan itu bisa saja terjadi,” tuturnya.
“Masalah tidur itu sangat krusial ya. Saya kalau klien-klien pada dateng itu dengan keluhan macam-macam, pasti salah satu pertama yang harus dibenahi adalah jam tidurnya,” katanya.
(Wiwie Heriyani)