“Misal bilang ke anak kamu tuh nggak boleh marah, kamu harusnya bersyukur dan sebagainya. Misalnya dia ada kebutuhan untuk bergaul sama teman-temannya, kebutuhan untuk mengikuti tren, tapi itu dibatasi karena harus belajar terus. Nah itu bisa ada pressure-pressure yang nanti mengarah ke gangguan kejiwaan,” katanya.
Bahkan, tuntutan dan batasan yang berlebihan dari lingkungan keluarga juga bisa memicu masalah lain, misalnya gangguan tidur pada anak karena dipicu oleh perasaan cemas dan depresi.
Menurutnya, ketika orang sudah memiliki masalah pada ritme tidur, bisa memicu masalah pada kondisi kesadaran dan pengendalian emosi.
“Dan remaja karena memang masih dipengaruhi oleh emosi, jadi risiko untuk overthingking sehingga itu menganggu tidurnya. Kemudian munculah gangguan-gangguan yang dia persepsikan sebagai bisikan-bisikan itu bisa saja terjadi,” tuturnya.
“Masalah tidur itu sangat krusial ya. Saya kalau klien-klien pada dateng itu dengan keluhan macam-macam, pasti salah satu pertama yang harus dibenahi adalah jam tidurnya,” katanya.
(Wiwie Heriyani)