GURU merupakan salah satu profesi yang mulia karena bertugas mencerdaskan anak bangsa. Tak hanya di kota-kota besar, banyak juga orang yang memilih menjadi guru di beberapa daerah terpencil di Indonesia.
Berikut ini beberapa kisah menarik dari beberapa guru di Indonesia yang memilih mengajar di daerah terpencil. Siapa saja mereka? berikut diantaranya, melansir dari berbagai sumber.
Tak bisa dipungkiri, nyatanya di pelosok sana, masih ada yang terus berjuang untuk meningkatkan literasi anak bangsa. Dialah Hanny Felle, perempuan dari kampung Yobeh, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Meski hanya lulusan SMA dan berstatus ibu rumah tangga, Hanny yang lulusan SMA Yayasan Pendidikan Fransiskus Asisi di Sentani tersebut punya niat mulia untuk bisa membuat anak-anak di Papua agar bisa memiliki minat literasi dan keterampilan yang semakin tinggi.
Perjuangannya ia mulai 11 tahun lalu, tepatnya pada 2012. Hanny berinisiatif menjadikan rumahnya sebagai tempat singgah anak-anak untuk mengisi kegiatan anak-anak di lingkungan sekitar usai pulang sekolah.
Hanny yang saat itu hobi mengoleksi berbagai jenis buku, lantas mengajak anak-anak untuk membaca koleksi buku-bukunya. Meskipun tidak memiliki latar belakang profesi sebagai seorang guru, instingnya untuk mengajar anak-anak tersebut mulai tumbuh.
Terlebih, sejak kecil ia juga terinspirasi dari sosok mendiang sang ayah, Aser Felle, salah seorang petugas gereja di GKI Betel, kampung Yobeh yang kerap mengajar anak-anak dalam kegiatan sekolah setiap pekan.
Jarak 12 km yang harus ditempuhnya setiap hari tidak lantas membuat seorang guru berinisial SP menyerah. SD tempatnya mengajar, SDN Tambora di Desa Oi Bura, Kabupaten Bima, NTB, terletak di tengah perkebunan kopi. Untuk mencapai tempatnya mengajar tersebut, SP harus melewati kawasan hutan.
Pengorbanan yang diberikannya pada anak didik sangat besar, padahal dalam sebulan, Ia hanya mendapatkan pendapatan sekitar Rp 300 ribu. Namun, SP mengaku senang mengajar karena melihat antusiasme peserta didiknya selama mengikuti pembelajaran.
Guru berikutnya yang memberikan pengabdian yang luar biasa adalah Tripika Dewi, seorang tenaga pengajar di daerah terluar Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Setiap harinya ibu Dewi pergi menyeberangi laut untuk mengajar beberapa muridnya. Meski nyawa menjadi taruhan, ibu Dewi tetap mengabdi demi mencerdaskan anak bangsa.
Tidak hanya menyeberangi lautan, Ibu Dewi juga harus menempuh jarak sejauh 5 kilometer untuk sampai di sekolah yang terletak di lokasi terpencil itu. Sulitnya akses jalan ke sekolah mempertegas perjuangan dan rasa pengabdiannya.
Di tengah gencarnya gempuran teknologi di segala aspek kehidupan masyarakat saat ini, nyatanya sosok seorang guru yang handal dan berkomitmen kuat tetap sangat dibutuhkan.
Ibu Dewi seorang diri mengajar puluhan siswa sekolah dasar (SD) di Dusun Tanjung Keramat, Desa Pangkalan Siata, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.
Peran ini dijalaninya meski dirinya hanya pegawai honorer yang lulus dari sekolah menengah atas karena tidak ada aparatur sipil negara (ASN) yang mau mengajar di desa terpencil tersebut.