Di tengah suasana segar pagi, seorang ibu dan anaknya berkeliling kebun mencari kembang harendong, bunga yang memiliki aroma khas dan kaya rasa. Mereka antusias mengumpulkan bunga ini untuk diolah menjadi hidangan istimewa.
Sambil mengumpulkan, mereka bercerita tentang nostalgia masa lalu, ketika kembang harendong menjadi bahan masakan yang selalu dinantikan. Setelah cukup mengumpulkan, mereka segera pulang dan mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak.
Dengan penuh semangat, ibu mulai menggoreng udang yang telah dibersihkan, sambil menyiapkan bumbu-bumbu seperti bawang putih, bawang merah, dan cabai. Suara sizzle dari wajan menambah kehangatan suasana di dapur, sementara aroma harum mulai mengisi ruangan.
Saat udang sudah matang, ibu menambahkan kembang harendong sebagai bahan utama. Dengan hati-hati, mereka mencampur semua bahan, memastikan setiap bumbu meresap dengan baik. Momen memasak ini bukan hanya sekadar menyiapkan makanan, tetapi juga sebuah ritual yang mengeratkan ikatan antara ibu dan anak.
Setelah beberapa saat, hidangan pun siap disajikan. Warna cerah dan aroma menggugah selera dari tumis kembang harendong dengan udang membuat keduanya tak sabar untuk mencicipinya. Dengan sepenuh hati, mereka duduk bersama, menyiapkan nasi hangat, dan bersiap menikmati hasil karya mereka.
Momen makan bersama ini menjadi lebih berarti dengan kehadiran hidangan istimewa. Dengan setiap suapan, mereka merasakan kekayaan rasa dan nostalgia yang tak terlupakan. Kembang harendong, yang dulunya hanya sekadar bunga, kini telah bertransformasi menjadi hidangan lezat yang menyatukan keluarga, mengingatkan akan nilai-nilai sederhana dalam kehidupan.
(Kemas Irawan Nurrachman)