Kedatangan karyawan dengan tuna rungu itu membuat pekerja lain, akhirnya belajar bahasa isyarat dasar darı huruf abjad bisindo. Kelas khusus diadakan darı awal untuk bisa membantu para pekerja tuna rungu.
"Ada kelas bahasa isyarat. Kalau pegawainya seenggaknya bisa bahasa isyarat dasar. Untuk pembeli kita kasih tahu cara bahasa isyarat, caranya ngobrol sama mereka, bisa pesan di kertas, ada banner petunjuk dasar bahasa isyarat itu," paparnya.
Kini baginya pribadi, ia mulai lancar berbahasa isyarat secara dasar. Beberapa pekerja lain juga sudah mulai memahami beberapa arti dari bahasa isyarat yang dikomunikasikan oleh pekerja disabilitas. Tapi bila ada yang kurang memahami, biasanya mereka memilih menuliskannya di ponsel atau kertas
"Saya awalnya belum bisa sama sekali, awal-awal ngetik, sekarang setiap hari diajak ngobrol (pakai bahasa isyarat). Kalau kesulitan biasanya ngetik pakai handphone atau kertas," terangnya.
Kini tak hanya kelas bahasa isyarat untuk pekerja saja yang dibuka oleh pengelola kedai, tapi juga untuk masyarakat umum. Kelas berbahasa isyarat bisindo ini rutin diadakan tiap dua bulan sekali. Ketertarikan ini juga didukung progam pembelian kopi dengan bahasa isyarat, satu bulan lebih terakhir ini.
"Karena kita masih baru, jadi kita masih belum bisa menilai, apakah lebih ramai atau enggak, cuma sejauh ini kita startnya low, kita nggak terlalu mengejar penjualan tinggi, kita benar-benar untuk support atau awarness untuk temen-temen tuli," tukasnya.
(Qur'anul Hidayat)