Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tantangan Petani Kopi di Pangalengan

Syifa Fauziah , Jurnalis-Kamis, 17 Oktober 2024 |06:18 WIB
Tantangan Petani Kopi di Pangalengan
Petani Kopi
A
A
A

KOPI Indonesia dikenal memiliki kualitas yang tinggi dan diakui dunia. Namun, di beberapa daerah, termasuk Pangalengan, Bandung, para petani kopi masih menghadapi berbagai kendala, mulai dari proses penanaman hingga penjualan.

Salah satu petani kopi asal Pangalengan, Cucu Sumiati, adalah seorang perempuan tangguh yang berhasil membangun bisnis pengolahan kopi di wilayahnya. Cucu tidak hanya mengolah biji kopi cherry menjadi green bean berkualitas, tetapi juga mengajak ibu-ibu di sekitar rumahnya untuk turut serta dalam proses tersebut.

"Saat ini ada 15 orang ibu-ibu yang terlibat, termasuk saya. Mereka bertugas menyortir biji kopi, memisahkan yang berkualitas bagus dari yang tidak layak," kata Cucu saat ditemui dalam acara Media Coffee Origin Trip Jawa Barat.

Tantangan yang Dihadapi Petani Kopi di Pangalengan
Tantangan yang Dihadapi Petani Kopi di Pangalengan

Setelah disortir, kopi tersebut dijual ke pengepul dengan berbagai kondisi, baik dalam keadaan basah maupun sudah diolah menjadi green bean. Cucu mengungkapkan bahwa usahanya ini telah berjalan selama lima tahun, dengan lahan kopi seluas tiga hektar di Pangalengan.

Namun, di balik kesuksesan usahanya, Cucu menyebutkan bahwa para petani kopi di daerahnya masih menghadapi banyak tantangan. "Selama ini, petani hanya tahu cara menanam, merawat, dan memanen kopi, tapi tidak tahu cara menghasilkan biji kopi yang berkualitas atau bagaimana menjualnya dengan benar," ujarnya.

Cucu menjelaskan bahwa para petani kopi cenderung menanam dan mengolah kopi berdasarkan cara turun-temurun tanpa pelatihan yang memadai. Ia sendiri belajar secara otodidak melalui media dan buku. 

"Belum ada pelatihan resmi. Kalau tanya ke pengepul, mereka kasih tahu caranya, tapi ya seadanya, belum ada panduan yang jelas," tambahnya.

Selain keterbatasan pengetahuan, petani kopi juga menghadapi masalah kurangnya alat. 

"Kami masih harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memproses biji kopi. Misalnya, untuk memanggang biji kopi, saya harus melakukannya di luar, seperti di kafe, dengan biaya Rp30 ribu per kilogram," ungkap Cucu.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement