NAMA Susu ikan menjadi perbincangan setelah ada wacana masuk dalam program makan bergizi gratis yang akan diusung oleh pemerintah terpilih selanjutnya, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Susu ikan dinilai dapat menjadi subsitusi dari Susu Sapi yang saat itu digadang-gadang ikut dalam menu program makan bergizi gratis.
Munculnya susu ikan karena produksi susu sapi di Indonesia dinilai belum mencukupi kebutuhan yang ada saat ini. Mantan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah seperti dikutip dari website Kementrian Pertanian menyebut, populasi sapi perah di Indonesia relatif stagnan yaitu sekira 0,5 juta ekor dengan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) dikisaranan 0,9 juta ton.
Sedangkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2019 masih berkisar 16,27 kg per kapita/tahun. Sedangkan, kebutuhan susu di Indonesia mencapai 4,3 juta ton per tahun, sementara produk susu nasional belum sampai 1 juta ton per tahunnya.
Sehingga kontribusi susu dalam negeri terhadap kebutuhan susu nasional baru sekira 22% demi mencukupi, maka dilakukan impor. Jika wacana program makan bergizi gratis digulirkan, maka kebutuhan stok susu sapi segar akan semakin berkurang.
Istilah Susu Ikan Kurang Tepat
Secara definisi, susu adalah cairan berwarna putih yang disekresikan oleh kelenjar mamae pada mamalia, untuk bahan makanan sumber gizi anaknya (Winarno, 1993).
Sedangkan komposisi kimiawi susu tersusun atas dua komponen utama air yang berjumlah sekitar 87 persen dan bahan padat berjumlah 13 persen. Bahan padat susu mengandung berbagai senyawa kimia, makro maupun mikro. Senyawa makro antara lain lemak, protein, dan karbohidrat. Sedangkan senyawa mikro yaitu vitamin dan mineral.
Sementara itu Chief Research and Development PT Berikan Protein, Iwa Sudarmawan, mengatakan komposisi dari susu ikan terdiri dari 40% Hidrolisat Protein Ikan (HPI), non dairy creamer, maltodekstrin, gula putih, perisa krim, ekstrak stroberi atau cokelat, dan pewarna karmoisin CI 14720.
Konsultan dan ahli gizi, dr. Rita Ramayulis, mengatakan susu ikan tidak bisa disamakan dengan susu sapi mengingat keduanya memiliki kandungan dan bahkan gizi yang berbeda. Namun, dia tak menampik jika susu ikan bisa dibuat menyerupai susu sapi dengan proses tertentu.
“Tentu nggak bisa digantikan ya. Karena keduanya dari bahan yang berbeda. Kandungan gizi yang berbeda juga. Tapi kalau sudah diproses secara industri itu dia bisa dibikin menyerupai susu sapi. Tentu saja bisa,” ujar dr. Rita, saat dihubungi Okezone, Rabu 11 September 2024.
Sementara itu, Ketua Komite Advokasi Percepatan Penurunan Stunting PB IDI sekaligus Guru Besar Gizi Klinik Universitas Hasanuddin Makassar, Prof. dr. Agussalim Bukhari, dalam media briefing IDI, secara daring menjelaskan ikan segar tentu lebih bagus dalam hal kandungan vitamin dan mineralnya masih utuh.
“Tapi kalau dalam proses pengolahan susu ikan kandungan vitamin dan mineralnya berkurang misal 50 persen,” katanya.
Jadi secara komposisi, terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara Susu Sapi dan Susu Ikan. Atas perbedaan tersebut, istilah susu ikan sepertinya kurang tepat. Istilah ini dinilai dapat mengaburkan persepsi di masyarakat sehingga susu ikan dapat menggantikan susu sapi terlepas dari komposisinya.
(Rizky Pradita Ananda)