6 NEGARA ini paling berbahaya dikunjungi wanita dan sebaiknya dihindari. Bepergian mengelilingi dunia adalah impian semua orang, khususnya seorang wanita.
Sebagai seorang wanita, pasti Anda sangat menyukai pemandangan indah di berbagai belahan dunia sampai Anda ingin sekali mengunjunginya. Namun tahukah Anda bahwa tidak semua negara aman untuk wanita?
Mengutip Times of India, beberapa negara yang dikenal aman masih sangat berbahaya bagi wisatawan, khususnya wanita.
Faktor-faktor yang menyebabkan kondisi tidak aman di negara-negara ini sering kali mencakup tingkat kekerasan yang tinggi, diskriminasi gender, dan akses yang buruk terhadap layanan kesehatan dan perlindungan hukum.
Di Somalia akses ke layanan kesehatan dan sumber daya ekonomi sangat terbatas, serta perempuan berisiko tinggi mengalami praktik tradisional yang berbahaya, termasuk mutilasi alat kelamin perempuan.
Kurangnya perlindungan hukum dan maraknya kekerasan berbasis gender membuat Somalia menjadi lingkungan yang tidak aman bagi perempuan.
Negara ini berjuang melawan tingginya angka kekerasan berbasis gender, dengan keselamatan jalan raya menjadi perhatian utama.
Menurut World Population Review, hanya 25 persen wanita di Afrika Selatan yang merasa aman berjalan sendirian. Tingginya angka kekerasan seksual, pelecehan, dan ancaman perdagangan manusia merajalela, menjadikannya tempat yang berbahaya bagi wisatawan wanita, terutama mereka yang bepergian sendiri.
Praktik budaya yang mengakar kuat di negara ini dan konflik yang terus berlanjut telah menciptakan lingkungan yang membatasi hak-hak perempuan, menjadikan Yaman sebagai tempat yang sangat berbahaya bagi perempuan.
Laporan tentang kekerasan non-seksual, termasuk kekerasan dalam rumah tangga, telah tersebar luas. Konflik yang sedang berlangsung dan ketidakstabilan politik semakin memperburuk risiko bagi perempuan, menjadikan Afghanistan salah satu tempat paling berbahaya bagi mereka di dunia.
Negara ini telah dirusak oleh konflik selama puluhan tahun, yang mengakibatkan pelanggaran hukum dan kekerasan antar-faksi. Perempuan di DRC menghadapi kondisi yang mengerikan, termasuk pemerkosaan sebagai senjata perang dan diskriminasi berat.
(Rizka Diputra)