Letnan Kolonel Carlos Henrique Baldi, dari pusat investigasi dan pencegahan kecelakaan udara angkatan udara Brasil, juga menyebut, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa lapisan es tersebut yang menyebabkan kecelakaan.
Pasalnya, pesawat tersebut disertifikasi di beberapa negara untuk terbang dalam kondisi lapisan es yang parah.
“Termasuk di negara-negara yang tidak seperti negara kita, di mana dampak lapisan es lebih signifikan," ungkap Baldi, melansir dari laman Sky News, Sabtu (10/8/2024).
Pesawat itu terdaftar oleh situs pelacak penerbangan FlightRadar24 sebagai pesawat turboprop ATR 72-500 berusia 14 tahun.
Situs web tersebut mencatat bahwa pada menit terakhirnya, transponder pesawat mencatat kecepatan vertikal antara 8.000 dan 24.000 kaki per menit. Kecepatan tertinggi dari rentang tersebut setara dengan 273 mil per jam.