Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kenali 5 Step Burnout, Jangan Sampai Kebablasan!

Pradita Ananda , Jurnalis-Rabu, 07 Agustus 2024 |10:30 WIB
Kenali 5 Step Burnout, Jangan Sampai Kebablasan!
Mengenal 5 Step Burnout (Foto: Freepik)
A
A
A

ISTILAH burnout  mulai semakin populer semenjak era pandemi Covid-19. Banyak orang mengalami fenomena satu ini, dikarenakan situasi pandemi yang mencekam, tidak bisa keluar rumah, tak bisa bertemu orang lain, namun ditambah dengan beban pekerjaan yang tak berkurang.

Secara harfiah, di tahun 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan mengklasifikasikan burnout sebagai sindrom yang bermula dari fenomena pekerjaan.  Menurut WHO, burnout merupakan kondisi suatu sindrom (bukan diagnosis medis) yang disebabkan oleh “stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola.

Dalam konteks ini, faktor eksternal begitu berpengaruh. Misalnya faktor disfungsi di tempat kerja, merupakan penyebab utama terjadinya burnout pada seseorang.

Burnout bisa memengaruhi kondisi mental, fisik, dan emosional orang yang mengalaminya. Perasaan kelelahan biasanya terjadi saat kita kewalahan dalam bekerja dan merasa seolah-olah tidak mampu lagi menghadapi kerasnya pekerjaan sehari-hari.

Burnout sendiri diketahui memiliki lima step atau tahapannya masing-masing. Sebab burnout bukanlah perasaan yang timbul secara tiba-tiba. Sebaliknya, pikiran, perasaan, dan tindakan seseorang berkembang melalui serangkaian tahapan.

Tahapan burnout (Foto: Freepik)
Tahapan burnout (Foto: Freepik)

Tahap-tahap awal mungkin tidak terlalu terasa, namun pada akhirnya dapat mengarah pada fase kebiasaan yang menyulitkan diri sendiri dalam menjalankan tugas.  

 

Apa saja lima tahapan burnout tersebut? Dilansir dari Intergris Health, Rabu (7/8/2024) berikut penjelasannya.

1. Fase bulan madu: Ibarat fase bulan madu dalam sebuah pernikahan, tahapan ini hadir dengan energi, penuh semangat dan rasa optimis. Baik itu memulai pekerjaan baru atau menangani tugas baru, kepuasan yang dirasakan biasanya mengarah pada periode produktivitas dan kemampuan untuk memanfaatkan sisi kreatif.

2. Fase stres permulaan: Fase bulan madu berkurang dan  mulai mengalami stres. Tidak setiap detik dan setiap hari jadi stres, tapi ada saat-saat yang lebih sering terjadi ketika stres menyergap. Saat tahap ini dimulai, perhatikan tanda-tanda fisik atau mental.

Contohnya, mulai lebih mudah kehilangan fokus hingga kurang produktif saat menyelesaikan tugas. Secara fisik, kelelahan bisa mulai terjadi sehingga membuat jadi lebih sulit tidur atau menikmati aktivitas di luar pekerjaan.

 

3. Stres kronis: Fase akan mencapai titik di mana stres menjadi lebih persisten atau kronis. Saat tekanan meningkat, stres kemungkinan besar akan terus memengaruhi pekerjaan.  Contohnya timbul perasaan apatis, tidak bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, terlambat masuk kerja atau menunda-nunda mengerjakan tugas.

Selain itu, secara aktivitas sosial, jadi menarik diri dari percakapan normal yang berhubungan dengan pekerjaan. Bahkan bisa juga jadi gampang marah dan menyerang rekan kerja. Terkadang, perasaan ini terbawa sampai ke rumah, akhirnya berpengaruh ke keluarga.

4. Fase kelelahan: Di tahapan ini adalah saat Anda mencapai batas dan tidak bisa lagi berfungsi seperti biasanya. Masalah di tempat kerja mulai menggerogoti diri  Kadang-kadang, Anda mungkin juga merasa mati rasa, ada perubahan perilaku dan merasa sangat ragu pada diri sendiri. Fisik pun mulai terasa, bisa mengalai sakit kepala kronis, masalah perut, dan masalah pencernaan.

 

5. Fase kelelahan habitual (kebiasaan): Jika tidak ditangani, kelelahan dapat menjadi bagian dari kehidupan  sehari-hari dan pada akhirnya menyebabkan kecemasan atau depresi.

Anda juga jadi bisa mulai mengalami kelelahan mental dan fisik kronis yang menghalangi diri sendiri untuk bekerja dan pada akhirnya status atau jabatan di pekerjaan bisa terancam jika kondisi ini tak ditangani segera.

(Rizky Pradita Ananda)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement