SEORANG TikToker asal Amerika Serikat dengan akun Tourdebree, mengeluhkan mahalnya sewa kamar hotel di Singapura. Ia mengunjungi Singapura selama lima malam dan melalui media sosial pada 25 Juli 2024 lalu dirinya berbagi pengalamannya terhadap biaya hidup di negara itu.
Turis itu mengaku menghabiskan uang untuk kamar hotel seharga USD1.200 atau sekitar Rp19,5 juta per malam.
"Mengapa tidak ada yang memberitahuku bahwa Singapura begitu mahal?" tanya wanita itu.
Diceritakan bahwa dirinya dari Jepang, naik pesawat AirAsia seharga USD470 (Rp7,6 juta) ke Singapura. Namun begitu dia mendarat, pengeluarannya terus meningkat. Saat bepergian, sebagian besar pengeluaran cenderung untuk akomodasi.
"Hotel saya berharga USD1.200 per malam. Percaya atau tidak, ini lebih murah. Airbnb ilegal di Singapura jadi semua hotelnya mahal sekali," keluhnya.
Meski demikian, ia tidak mengungkap di hotel mana dirinya menginap. Wanita itu juga mengeluhkan biaya transportasi selama dia tinggal di Singapura yang mencapai USD800 (Rp13 juta).
Dalam hal makanan, ada kemungkinan Tourdebree akan melewatkan food court dan kios jajanan di Singapura.
"Salad tuna dan cumi saya seharga USD85 (Rp1,3 juta) saja," tambahnya.
Menggambarkan Singapura sebagai negara yang 'sangat mahal namun bersih', wanita yang tinggal di Jepang ini mengaku menghabiskan banyak uang total sebesar USD9.090 (Rp148 juta) untuk perjalanannya tersebut.
Postingannya di TikTok lantas mengundang cibiran dan dukungan dari warganet.
"Saya tinggal di sini. Makan siang saya USD7 (Rp114 ribu) dan transportasi saya dari timur ke barat dan pulang pergi hanya USD4,40 (Rp71 ribu)," sebut satu pengguna TikTok.
Namun ada juga netizen yang setuju dengan pendapat Tourdebree.
"Ya, Singapura itu mahal! Saya juga suka Jepang! Saya menghabiskan hampir satu tahun bepergian ke berbagai tempat di sana," timpal netizen lain.
Kendati begitu, Tourdebree memahami kekesalan warga Singapura atas keluhannya di media sosial. Namun dia berharap pelancong bisa menemukan alternatif lebih murah saat berlibur ke negara itu.
“Tetapi saya tidak ingin tinggal di asrama atau makan di warung atau naik kereta,” cetusnya.
(Rizka Diputra)