CUACA DINGIN yang terjadi di Indonesia belakangan ini, membuat beberapa kota mengalami penurunan suhu yang ekstrem. Salah satunya yang terjadi di Bandung. Kota yang berada di Jawa Barat tersebut mengalami cuaca dingin hingga 15 derajat selsius.
Bahkan di sejumlah tempat, seperti Cwidey, Pengalengan, Kopo, dan Lembang, cuaca dingin di wilayah tersebut bisa tembus hingga 13 derajat selsius. Tidak hanya itu, dataran Dieng pada 7 Juli 2024 tercatat hingga 1 derajat selsius.
Apakah cuaca di Indonesia saat ini masih terbilang normal?
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebut fenomena tersebut merupakan dampak dari Monsun Australia. Angin Monsun Australia bertiup menuju Benua Asia melewati Wilayah Indonesia dan perairan Samudera Hindia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih rendah (dingin). Angin Monsun Australia ini bersifat kering dan sedikit membawa uap air, apalagi pada malam hari di saat suhu mencapai titik minimumnya.
Akibatnya, suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia terutama Wilayah Bagian Selatan Khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengatakan selain disebabkan Monsun Australia, fenomena dingin di atas juga disebabkan oleh faktor posisi Geografis, kondisi Topografis, Ketinggian Wilayah, dan Kelembaban udara yang relatif kering. Apalagi, pada bulan Juni - Agustus posisi sudut datang dari sinar matahari sedang berada di posisi terjauh dari Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia bagian Selatan Khatulistiwa.
"Beberapa hari terakhir ini, cuaca cerah mendominasi hampir di seluruh pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan. Angin dominan dari arah timur hingga tenggara membawa massa udara kering dan dingin dari daratan Australia ke Indonesia sehingga kurang mendukung proses pertumbuhan awan," ujar Guswanto seperti dikutip situs BMKG.
Guswanto menyebut, hal tersebut menyebabkan langit menjadi cerah sepanjang hari. Kurangnya tutupan awan pada malam hari menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa ada hambatan, mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan. Selain itu, angin yang tenang di malam hari menghambat pencampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap di permukaan bumi.
Ada Kaitannya dengan Aphelion
Aphelion merupakan fenomena jarak bumi berada di titik terjauh dari Matahari. Apakah fenomena tersebut merupakan penyebabnya?
Peneliti Cuaca dan Iklim Kestrem BMKG Siswanto menjelaskan, penyebab dinginnya cuaca di Indonesia karena Aphelion tidaklah benar. Dia menyebut, cuaca dingin lebih disebabkan oleh faktor puncak musim kemarau sehingga di beberapa wilayah di Indonesia seperti di Jawa hingga Nusa Tenggara Timur terasa lebih dingin.
Langit yang cerah dan tidak ada awan, menjadikan gelombang panjang radiasi balik dari permukaan bumi terlepas maksimal ke angkasa di luar atmosfer bumi.
Waspada penyakit di musim dingin
Pakar kesehatan dr Dicky Budiman menjelaskan, cuaca yang mendadak dingin bisa memili dampak kesehatan. Orangtua pun diminta untuk mewaspadai kondisi ekstrem saat ini.
"Beberapa penyakit yang mungkin muncul adalah influenza, bronkitis, atau bahkan exacerbasi penyakit paru kronis seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)," tutur dr Dicky saat dihubungi.
Karena ada risiko penyakit tersebut, lantas apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya? dr Dicky menjelaskan, upaya paling mudah yang dapat dilakukan adalah memilih pakaian yang tepat.
"Dengan risiko penyakit-penyakit itu, penting menjaga kehangatan tubuh dengan pakaian yang sesuai dan menghindari perubahan suhu yang drastis untuk mencegah risiko penyakit," katanya.
Tentu saja memastikan asupan makanan yang masuk ke tubuh bergizi tinggi, tidak makan makanan sembarangan, dan tetap rutin berolahraga. Istirahat yang cukup juga penting untuk diperhatikan.
(Kemas Irawan Nurrachman)