ORANGTUA diimbau untuk membatasi penggunaan gadget pada balita. Sebab penggunaan gadget berlebih dapat menyebabkan risiko speech delay. Kondisi ini bahkan telah dibuktikan di banyak studi, termasuk yang dipublikasi oleh Universitas Muslim Indonesia.
Penelitian berjudul 'Hubungan Intensitas Penggunaan Media Gadget dengan Speech Delay Pada Anak Balita di Kelurahan Pannampu Kota Makassar' membuktikan bahwa ada kaitan antara penggunaan gadget di usia balita dengan masalah speech delay.
"Terbukti bahwa ada hubungan intensitas penggunaan media gadget terhadap keterlambatan berbicara atau speech delay pada anak balita," ungkap laporan tersebut, dikutip MNC Portal, Senin (15/7/2024).
Responden pada penelitian ini berjumlah 50 balita berusia 2-5 tahun, yang sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 34 orang. Terdapat 28 persen dari responden yang terbukti mengalami speech delay dan itu dikaitkan dengan intensitas penggunaan gadget yang tinggi.
Speech delay sendiri adalah kondisi keterlambatan berbicara yang ditandai ketika anak mampu menyampaikan isi pikirannya, namun ucapan dia masih sulit dipahami. Beda dengan keterlambatan bahasa yang mana itu ditandai ketika si kecil mampu mengucapkan kata-kata, tapi dia tidak bisa menggabungkannya untuk menyampaikan isi pikirannya.
Menurut Klinik Pintar, keterlambatan berbicara dapat disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari gangguan pertumbuhan fisik, infeksi telinga, atau adanya masalah di mulut atau pendengaran.
"Salah satu penyebab speech delay lainnya adalah anak yang terlalu dekat dengan gadget. Artinya, penggunaan gadget terlalu sering," tulis laporannya, bersumber dari The Hanen Center.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sendiri mengatakan bahwa masalah speech delay ini diduga banyak dialami pada anak-anak usia prasekolah.
Menjadi pertanyaan, bagaimana gadget yang diakses si kecil menyebabkan speech delay?
Dijelaskan Klinik Pintar, saat si kecil mendapatkan screen time, itu hanya mendapat stimulasi bicara satu arah. Sedangkan, di usia anak-anak, mereka membutuhkan perkembangan berbahasa dan berbicara dua arah.
"Beberapa tahun pertama kehidupan, otak reseptif anak sedang belajar bahasa baru dan membangun jalur komunikasi. Nah, ketika jalurnya tak terbentuk akibat hanya mendapat stimulasi searah, tidak dimungkiri kemampuan berbahasa dan berbicara si kecil dapat lambat berkembang," tulis laporan itu.
American Academy of Pediatrics sendiri pernah melakukan studi di rumah sakit anak di Kanada, peneliti mengamati hampir 900 anak berusia 6 bulan hingga 2 tahun. Hasilnya?
"Peneliti menemukan bahwa balita yang sering menggunakan gadget cenderung mengalami keterlambatan kemampuan bahasa ekspresif. Bahkan, kemampuan anak untuk mengucapkan kata-kata dan kalimat juga lebih lambat," tulis laporannya.
Ditambahkan di sana bahwa balita yang sering menonton video, kosa katanya lebih sedikit. Bahkan, bayi usia 8-16 bulan yang sejam lebih lama nonton video ditemukan memiliki kosakata yang lebih sedikit.