Hewan itu akan menjadi pengiring pusaka Kyai Slamet yang akan dikirab bersama pusaka-pusaka keraton lainnya. Ritual ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Orang-orang akan ramai memadati keraton dan jalan-jalan di sekitar untuk ikut serta dalam ritual tersebut serta menyaksikan langsung kerbau keramat tersebut.
Meski pihak keraton tak pernah mengatakan bahwa kotoran hewan tersebut dapat mendatangkan berkah, tetapi sebagian masyarakat sudah terlanjur percaya bahwa kerbau-kerbau tersebut bukan hewan biasa.

Mereka yakin sekelompok kerbau itu memiliki kekuatan gaib dan keramat. Jadi, mereka tak segan berdesak-desakkan untuk memegang badan kerbau albino tersebut dan berebut kotoran yang jatuh ke jalan layaknya emas berlian.
Kerbau bule tak hanya dihormati semasa hidupnya. Prosesi pemakamannya pun dilakukan secara khidmat seperti memakamkan manusia.
Para abdi dalem secara bergantian menyiramkan air mawar sebagai tanda penghormatan kepada hewan tersebut. Bahkan kerbau itu juga dilapisi dengan kain kafan, dan sejumlah warga akan melemparkan uang ke liang lahatnya, sebelum bangkai kerbau itu ditimbun dengan tanah.
(Rizka Diputra)