LIMA mahasiswa asal Malang mengembangkan alat untuk pengobatan kelainan tulang belakang pada anak berbasis internet. Alat inovasi buatan lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) ini terinspirasi dari banyaknya anak-anak yang menderita gangguan tulang belakang.
Alat yang dinamakan PostureCare ini mampu mendiagnosa secara medis pada anak-anak yang mengalami gangguan tulang belakang. Inovasi alat ini merupakan hasil dari lima mahasiswa Universitas Brawijaya yakni Farid Hardiansyah, Refaldi Ananta Afif, Stephania Angelica, dan Irfan Aditya, dari jurusan Teknik Elektro.
Menurut Ketua tim Farid Hardiansyah, inovasi terciptanya alat deteksi gangguan tulang belakang pada anak ini berawal dari banyaknya anak-anak, yang mengalami gangguan tulang belakang akibat seringnya duduk dan jarang berolahraga.
Temuan ini kian besar bahkan dari catatan WHO, organisasi kesehatan dunia ada 250 ribu hingga 500 ribu anak-anak di dunia mengalami gangguan tulang belakang setiap tahunnya.
"PostureCare ini alat inovatif yang menggunakan teknologi Internet of Things (IoT), untuk terapi kifosis postural pada anak-anak. Tujuannya untuk diagnosa medis posisi bungkuk pada tulang belakang, yang dilengkapi dengan sensor pendeteksi kesesuaian posisi, sudut tulang belakang dan terapi kompres panas pereda nyeri," ucap Farid Hardiansyah, saat dikonfirmasi pada Senin pagi (1/7/2024).
Farid menuturkan, PostureCare hadir sebagai solusi untuk memantau dan mengoreksi postur tulang belakang anak-anak usia 7-11 tahun, yang mengalami kifosis. Alat ini menggunakan sensor gyroscope MPU6050 yang ditempatkan di beberapa titik pada tubuh.
"Tiga sensor berfungsi mendeteksi kesalahan posisi tulang belakang, sementara satu sensor memonitor perubahan sudut tulang belakang harian pasca terapi,” ucap pria yang juga mahasiswa Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran (FK) UB ini.
Cara kerjanya kata Farid, dari mikrokontroler ESP32 nanti akan memproses data sensor untuk menentukan output berupa modul getar, lampu LED, dan heater. Alat ini akan memberi peringatan melalui getaran dan cahaya jika terdeteksi posisi tulang belakang yang salah.
"Selain itu, dua polymade heater akan mengurangi nyeri dengan meningkatkan sirkulasi darah di daerah yang terkena, melalui proses thermotherapy," ujarnya.
Data dari perangkat ini akan disajikan dalam grafik harian melalui aplikasi yang terhubung dengan WhatsApp bot. Ini memungkinkan orang tua dan terapis untuk melacak kemajuan terapi secara langsung.
“Kami menerapkan Pendekatan Chronic Care Model dengan fokus pada kesejahteraan pasien dan keluarga. Salah satu fitur utamanya adalah pemberian kalimat motivasi yang berbeda setiap hari melalui WhatsApp bot dan aplikasi," tuturnya.
"Ini membantu dalam mendeteksi masalah secara dini, melibatkan keluarga secara langsung, dan mengatasi gangguan tulang belakang,” kata salah satu anggota tim dari Ilmu Keperawatan ketika proses pendampingan pasien di Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Pada implementasinya, pasien juga diberikan panduan dan buku harian “My Bone” untuk memantau aktivitas, perasaan, penggunaan brace, dan pola makan anak. Keluarga juga terlibat dengan memberikan stiker Bintang jika anak berhasil memenuhi misi harian.
Setiap tiga hari, tim akan berkunjung ke rumah dan memberikan terapi bermain sekaligus penghargaan dalam bentuk Bintang yang lebih besar. Keluarga juga mendapatkan edukasi, konsultasi, dan dukungan emosional melalui berbagai modul dan aplikasi.