PERKEMBANGAN teknologi kini kian masif. Tidak terkecuali di dunia medis. Misalnya, dengan hadirnya kecanggihan stetoskop yang kini dilengkapi dengan teknologi AI (Artificial Intelligence).
Seperti diketahui, kehadiran stetoskop di dunia telah ada selama hampir 200 tahun dan masih dikalungkan di leher setiap dokter atau dimasukkan ke dalam saku jas lab. Fungsi stetoskop yang penting adalah penilaian terhadap suara detak jantung, apakah normal atau tidak. Dokter dapat mengetahui irama jantung yang tidak teratur melalui stetoskop.
Pemeriksaan awal dengan menggunakan stetoskop tanpa segala fitur tambahan sangat berguna untuk mengetahui dengan cepat, apakah orang tersebut sakit dan membutuhkan perawatan darurat untuk menyelamatkan nyawanya.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dr. dr. Anwar Santoso mengatakan, peran stetoskop dalam mendiagnosis penyakit jantung dan pembuluh darah masih diperlukan oleh semua dokter yang melayani pasien.
“Peran stetoskop ini terutama untuk (diagnosis) penyakit katup jantung (katup mitral, katup aorta, katup trikuspid dan katup pulmonal); penyakit jantung kongenital, misalnya ASD (Atrial Septal Defect), VSD (Ventricular Septal Defect), TF (Tetralogy Fallot), pulmonal stenosis, tricuspid atresia, serta penyakit jantung paru (Cor Pulmonale),” ujar dr. Anwar, dalam siaran pers Kemenkes RI, Senin (17/6/2024).
Meski begitu, dr.Anwar menjelaskan, peran stetoskop saja tidak cukup besar untuk penegakan diagnosis pada jenis penyakit jantung koroner. Misalnya, dari angina pektoris stabil sampai acute myocard infarction) dan gagal jantung, yang merupakan komplikasi dari berbagai penyakit jantung.

Karena itulah, dr.Anwar menilai, kehadiran stetoskop dengan teknologi AI ini bisa membantu memaksimalkan fungsinya untuk mentransmisikan energi suara dari jantung dan paru menjadi data digital.
“Untuk penyakit jantung koroner dan gagal jantung, peran stetoskop tak begitu besar. Kecuali stetoskop yang dilengkapi dengan teknologi AI (Artificial Intelligence), sehingga energi suara dari jantung dan paru akan ditransmisikan menjadi data digital,” tutur dr. Anwar.
“Nantinya tampak seperti grafik atau gambar. Ini disebut phonocardiography. Bahkan dengan modalitas stetoskop tersebut bisa ditransformasikan energi suara tersebut menjadi gambar (real time) dan dipindai melalui layar laptop atau HP,” katanya.
Pemeriksaan deteksi dan diagnosis jantung dengan stetoskop seiring waktu berkembang yang dilengkapi dengan teknologi canggih. Pertama, ada stetoskop elektronik yang membantu dokter mendengarkan jantung dengan lebih mudah melalui amplifikasi suara dan teknologi peredam bising.
Kedua, alat telemonitoring memungkinkan dokter mendengarkan detak jantung dari jarak jauh berkat teknologi nirkabel, merujuk informasi dari Cleveland Clinic. Ketiga, alat yang menggabungkan stetoskop dan elektrokardiogram (EKG) yang memungkinkan dokter mendengarkan dan mengamati irama jantung secara bersamaan.
Penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) pun menjanjikan dalam diagnosis penyakit jantung. Salah satunya, penggunaan stetoskop pintar berteknologi AI. Menurut dr. Anwar Santoso, AI-smart stethoscope akan menjadi keniscayaan dalam praktik kedokteran di masa depan.
Karena teknologi tersebut akan meningkatkan keandalan (reliability) dan akurasi (accuracy) diagnosis dengan stetoskop konvensional yang auskultasi, mendengarkan suara jantung.
“Prinsip dari AI adalah mengumpulkan banyak data (big data) dari suara jantung dan bunyi murmur suara jantung dan akan ditangkap serta dianalisis dalam berbagai algoritma dan juga dilakukan analisis bootstrapping,” tuturnya.
“Sehingga akan lebih meningkat akurasi penggunaan diagnosis secara auskultasi. Dampak dari teknologi AI ini amat bermanfaat untuk skrining oleh dokter layanan primer di Puskesmas dan klinik-klinik sebelum dirujuk ke rumah sakit,” ujarnya.
(Leonardus Selwyn)