"Jangan hanya mengajarkan angka. Kita harus mengajar dengan benda konkrit. 'Satu' adalah satu hal, 'dua' adalah dua hal. Supaya anak-anak terbiasa, kalau jumlahnya naik, maka jumlahnya pun naik,” ujarnya.
Dengan mempelajari hal ini, orang tua dan guru dapat mendukung keterampilan anak dalam melihat, mendengar, berbicara dan menulis. Semua ini dibangun dalam komunikasi yang erat di rumah dengan guru dan orang tua.
Guru juga harus lebih kreatif agar anak tertarik membaca. Salah satu kemungkinannya adalah dengan memanfaatkan ketersediaan sudut baca di sekolah. “Kalau ingin berkelanjutan, harus menggunakan buku fisik dan digital yang lebih luas. Sekarang banyak platform yang menawarkan buku gratis,” ujarnya.
Misalnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan berbagai buku digital untuk digunakan siswa dan guru secara gratis di platform Sistem Informasi Buku Indonesia (SIBI).
(Martin Bagya Kertiyasa)