LIMA mitos salah kaprah tentang daging kambing di masyarakat ini seringkali menjadi bahan perbincangan. Banyak mitos dan kepercayaan yang beredar mengenai dampak konsumsi daging kambing terhadap kesehatan.
Tidak sedikit orang yang menghindari daging kambing karena khawatir akan efek negatif yang sering diperbincangkan tanpa dasar ilmiah yang jelas. Padahal, jika ditelaah lebih jauh, banyak mitos yang ternyata tidak sepenuhnya benar.
Melansir dari berbagai sumber pada Rabu (12/6/2024), berikut lima mitos salah kaprah tentang daging kambing di masyarakat yang seringkali menjadi bahan perbincangan.
1. Menyebabkan Hipertensi
Mitos pertama yang sering beredar adalah bahwa mengonsumsi daging kambing dapat menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Padahal, fakta ilmiah menunjukkan bahwa daging kambing sebenarnya memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih rendah dibandingkan daging sapi atau kerbau.
Konsumsi daging kambing dalam jumlah yang wajar tidak secara langsung menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi lebih sering disebabkan oleh bahan-bahan yang digunakan untuk mengolah daging kambing, seperti banyaknya garam dan bumbu yang ditambahkan selama proses memasak.
2. Meningkatkan Kadar Kolesterol
Banyak yang percaya bahwa daging kambing dapat meningkatkan kadar kolesterol. Namun, anggapan ini kurang tepat jika kita berbicara tentang daging kambing secara keseluruhan.
Bagian yang dapat meningkatkan kadar kolesterol adalah jeroan, bukan daging merahnya. Daging kambing sendiri sebenarnya memiliki kandungan kolesterol yang lebih rendah dibandingkan dengan beberapa jenis daging lainnya.
Padahal, bahan-bahan yang digunakan dalam proses memasak lah yang berkontribusi terhadap peningkatan kadar kolesterol. Misalnya, penggunaan santan dalam proses memasak dapat secara signifikan menambah jumlah kolesterol dalam hidangan tersebut.
3. Meningkatkan Gairah Pria
Mitos berikutnya yang sering didengar adalah bahwa daging kambing dapat meningkatkan gairah pria. Meskipun daging kambing mengandung zinc yang dapat meningkatkan produksi hormon testosteron, efek ini tidak akan memberikan dampak yang signifikan signifikan pada libido.
Selain itu, belum banyak penelitian medis yang mendukung klaim bahwa makan daging kambing secara langsung dapat meningkatkan gairah seksual. Oleh karena itu, anggapan ini bersifat mitos yang didukung bukti ilmiah yang kuat.
4. Cara Mengolah yang Tidak Benar Dapat Menyebabkan Bau Prengus
Banyak orang mengeluhkan bau prengus yang tidak sedap saat mengolah daging kambing. Padahal, bau prengus sebenarnya lebih sering disebabkan oleh proses penyembelihan yang kurang tepat. Kambing yang dipotong dalam kondisi stres cenderung menghasilkan daging dengan bau dan rasa yang tidak enak.
Jika penyembelihan dilakukan dengan benar dan kebersihan daging terjaga, bau prengus dapat diminimalkan. Untuk itu, hindari menarik kambing secara paksa sebelum dipotong untuk menghindari stres pada kambing.
5. Daging Kambing Tidak Baik untuk Ibu Hamil
Ada anggapan bahwa ibu hamil sebaiknya menghindari daging kambing. Padahal, daging kambing yang mentah atau tidak matang sempurna sebaiknya harus dihindari oleh ibu hamil karena risiko kontaminasi bakteri. Daging kambing yang dimasak dengan baik dan higienis sebenarnya aman dikonsumsi dan dapat menjadi sumber protein yang baik bagi ibu hamil.
Daging kambing sering kali menjadi korban mitos yang kurang tepat di masyarakat. Menyalahkan daging kambing sebagai penyebab utama berbagai masalah kesehatan tanpa pemahaman yang benar, dapat mengurangi manfaat potensial yang bisa didapatkan dari konsumsi daging ini.
Meskipun semua masalah kesehatan ini adalah mitos, tetap penting untuk menjaga jumlah konsumsi daging kambing agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Mengonsumsi daging kambing secara seimbang dan memperhatikan cara pengolahannya dapat membantu memaksimalkan manfaatnya tanpa menimbulkan masalah kesehatan.
(Leonardus Selwyn)