DALAM era media sosial yang semakin merajalela, orang sering kali terjerat dalam perangkap FOMO, atau "Fear of Missing Out" (Takut Ketinggalan). Fenomena ini tidak melulu tentang tren fashion atau acara sosial, tetapi juga mulai masuk ke ranah dunia olahraga.
Hal ini tentu ada baiknya, di mana kesadaran masyarakat kini mulai meningkat dalam menjaga kesehatan tubuh. FOMO dalam olahraga pada dasarnya juga dapat mendorong seseorang untuk menjadi lebih aktif secara fisik.
Meskipun olahraga diperjuangkan sebagai cara yang sehat dan bermanfaat untuk menjaga tubuh tetap bugar, tapi tanpa disadari sebenarnya terdapat bahaya yang mengintai dibalik FOMO olahraga ini. Hal ini diungkapkan oleh dokter Tirta pada akun instagramnya yang diunggah pada Sabtu (1/6/2024).
“Fomo olahraga oh ya bagus banget, karena melatih orang untuk hidup sehat. Tapi, ada yang harus dipahami dan dikritisi,” ucap dokter Tirta.
Meski disadari bahwa fenomena FOMO olahraga baik untuk kesehatan tubuh, namun terdapat hal yang mesti diperhatikan dalam berolahraga. Ketika seseorang terlalu fokus mengikuti setiap kegiatan olahraga yang ada, mereka cenderung mengabaikan tanda-tanda peringatan dari dalam tubuh yang mengindikasikan bahwa tubuh lelah dan lain sebagainya.
“Kalo kamu fisikmu itu tidak pernah dilatih selama belasan tahun, dan tiba-tiba kamu olahraganya berat, itu justru akan rentan meningkatkan risiko penyakit jantung, serangan jantung, dan cedera berat,” kata dokter Tirta.

Salah satu bahaya utama FOMO dalam olahraga adalah mendorong seseorang untuk berlatih di luar batas kemampuan diri. FOMO dapat mendorong seseorang untuk mengabaikan batasan fisiknya dan terlibat dalam latihan yang lebih intens atau berdurasi lebih lama dari yang seharusnya.
Hal ini dapat meningkatkan risiko cedera dan stres pada jantung. Selain itu overtraining dapat mengakibatkan cedera serius, termasuk cedera otot, ligamen, dan bahkan kerusakan jangka panjang pada tubuh. Untuk itu, dokter Tirta memeberikan saran olahraga bagi orang-orang yang sedang FOMO olahraga yakni dengan memulai olahraga ringan terlebih dahulu.
Langsung melakukan olahraga berat atau overtrain akan menyebabkan tubuh kaget dan tidak dapat secara langsung beradaptasi dengan kegiatan atau aktivitas berat yang baru dilakukan. Sehingga hal ini akan rentan memicu terjadinya cedera, bahkan serangan jantung jika fatal.
“Jadi kalo kalian mulai berolahraga itu startnya slow. Konsultasi dengan teman yang sudah olahraga duluan, konsultasi dengan komunitas, atau dengan tenaga kesehatan. Sehingga kalian tidak olahraga berlebihan yang melebihi kapasitas fisik kalian,“ tuturnya.
Kemudian dokter Tirta juga mengatakan bahwa tubuh akan secara perlahan beradaptasi dengan aktivitas olahraga yang dilakukan. Sehingga intensitas olahraga dapat secara bertahap ditingkatkan seiring dengan adaptasi dan kemampuan tubuh yang kian meningkat.