PENYANYI cantik Taylor Swift memang kerap menjadi inspirasi banyak orang. Mulai dari musik hingga penampilannya kerap menjadi kiblat banyak penggemarnya.
Nah, terbaur dalam tur Era Eropanya dimulai Mei di La Défense Arena di Paris, dia menampilkan fashion yang menakjubkan. Masing-masing mewakili era berbeda dalam perjalanan musiknya.
Setelah perilisan album gandanya yang mendapat pujian, The Tortured Poets Department, Taylor dengan mulus mengintegrasikan babak baru ini ke dalam penampilannya. Dia pun memamerkan beberapa pakaian baru yang menakjubkan.
Namun, ada satu gaun yang secara khusus memikat hati para penggemar (dan media): gaun putih cantik yang dihiasi tulisan, seperti catatan penyair.
Selama pertunjukan, Taylor naik panggung dengan gaun Vivienne Westwood yang dirancang khusus. Terbuat dari taffeta daur ulang, korset tanpa lengan memeluk tubuhnya dengan elegan. Roknya, sebuah mahakarya asimetri, memperlihatkan satu kaki, menambah drama.
Namun, teks pada gaun itu benar-benar mencuri perhatian. "Aku mencintaimu, itu menghancurkan hidupku," kalimat memilukan dari singel "The Tortured Poets Department" "Fortnight" tersebar di rok dalam huruf hitam yang indah, sebuah gema visual dari sentimen lagu tersebut.
Melihat ke bawah gaun itu, Anda bisa melihat bra berhiaskan kristal perak berkilau dan hot pants berpinggang tinggi, keduanya juga dirancang oleh Vivienne Westwood. Penampilannya dilengkapi dengan Christian Louboutin Ankle Boots berwarna putih dan Vivienne Westwood Crystal Orb Triple Row Black Agate Choker yang ikonik untuk menambah gaya punk.
Gaun itu sendiri, dengan teksturnya yang kusut, memiliki nuansa kertas bekas yang dibuang, sebuah metafora sempurna untuk emosi mentah dan tanpa filter yang dieksplorasi dalam The Tortured Poets Ward.
Merupakan representasi visual dari proses kreatif, semangat menulis dan penolakan, serta keindahan yang muncul dari kompleksitas eksplorasi artistik. Pakaian ini bukan sekadar pakaian; gaun ini adalah puisi yang dihidupkan, sebuah bukti kekuatan kerentanan dan keindahan patah hati yang tak lekang oleh waktu.
(Martin Bagya Kertiyasa)