RUNTUHNYA rumah sakit Al-Shifa meninggalkan luka mendalam bagi para penduduk Gaza. Al-Shifa merupakan rumah sakit terbesar dengan fasilitas terlengkap di Gaza. Saat ini kondisinya hancur hanya bersisa runtuhan puing-puing bangunan.
Melansir dari Al Jazeera pada Senin (20/5/2024), bulan lalu, militer Israel akhirnya mundur dari Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza. Setelah serangan selama dua minggu, mereka tidak meninggalkan apa pun kecuali pemandangan kematian dan kehancuran total.
Halaman rumah sakit dipenuhi dengan mayat. Sebagian besar bangunan juga terbakar dan hancur menjadi bangunan-bangunan kosong. Mundurnya militer Israel ini menyisakan pemandangan kehancuran yang mengerikan.
Hancurnya rumah sakit Al-Shifa tidak hanya menghilangkan komplek medis terbesar di Gaza. Melainkan juga menghilangkan tempat para komunitas medis berlatih, melakukan penelitian, dan belajar. Karena Al-Shifa berdiri lebih dari sekedar rumah sakit bagi masyarakat Gaza.
Selain itu, bagi para pasien, rumah sakit Al-Shifa merupakan harapan bagi mereka. Rumah sakit ini sebelumnya menyediakan perawatan terbaik di Gaza. Fasilitasnya juga jauh lebih baik dibandingkan kebanyakan rumah sakit lain di wilayah tersebut. Hancurnya rumah sakit Al-Shifa seakan menghancurkan harapan-harapan masyarakat Gaza.

Sebelum genosida terjadi, al-Shifa merupakan pusat kegiatan masyarakat dan sebuah landmark nasional. Kota ini dulu dikelilingi oleh restoran, perpustakaan, dan dua universitas yang semuanya terletak sangat strategis. Al-Shifa adalah pusat kehidupan yang berdenyut kuat di Kota Gaza.
Al-Shifa juga merupakan pusat pengetahuan bagi para ahli medis dari luar Gaza. Setiap tim medis yang datang ke Gaza pasti akan mengunjungi al-Shifa untuk melihat berbagai jenis operasi, memantau perkembangan terbaru dalam bidang kedokteran, dan mengikuti berbagai penelitian yang tengah dilakukan di sana.
“Saya tidak menitikkan air mata karena rumah saya sendiri yang rusak, tapi karena hancurnya rumah sakit, dan untuk semua staf medis dan orang-orang yang terluka di Gaza,” kata Seorang konsultan bedah terkenal, dr Marwan Abu Sada.
Kini, Israel menjadikannya hanya puing-puing yang terbakar dan menjadi lokasi pembantaian. Serangan Israel terhadap al-Shifa tidak bermaksud untuk mencapai keunggulan militer terhadap musuhnya, tetapi untuk meningkatkan penderitaan penduduk Palestina.
Serangan itu mencabut perlindungan utama masyarakat Gaza di tengah-tengah berbagai ancaman yang mereka hadapi.
Israel meratakan semua perguruan tinggi di Gaza dan memastikan sebagian besar rumah sakit tidak dapat beroperasi, bahkan mengubah al-Shifa menjadi puing. Tragedi ini merenggut banyak nyawa petugas medis, perawat, dokter, dan ahli kedokteran.