INDONESIA memiliki ratusan suku bangsa yang tersebar di berbagai wilayah Nusantara. Suku-suku ini memiliki ciri khas dan adat budayanya yang masih terus dilestarikan hingga saat ini.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, masyarakat adat perlahan berupaya menyesuaikan diri untuk mengikuti perkembangan zaman.
Namun, mereka tidak lupa untuk juga tetap melestarikan budaya suku yang mengakibatkan adanya akulturasi budaya.
Meski begitu, hingga detik ini juga masih ada suku yang menolak untuk melakukan modernisasi dan akulturasi. Salah satunya adalah Suku Mentawai yang berada di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
(Foto: Rus Akbar/MPI)
Total luas wilayah Kepulauan Mentawai adalah sekitar 4.000 km persegi dan dihuni oleh sekitar 30 ribu jiwa.
Sebagian kecil di antaranya masih tinggal di pedalaman hutan dengan cara hidup yang sederhana dan jauh dari kata modern.
Masyarakat Suku Mentawai tinggal di pedalaman hutan dengan tinggal di rumah adat. Cara berpakaian mereka juga masih menggunakan pakaian tradisional asli tanpa ada unsur modern.
Untuk kehidupan sehari-hari, masyarakat suku ini masih mengandalkan berburu. Sagu menjadi makanan pokok masyarakat. Kemudian daging babi hutan, ayam hutan, dan kijang menjadi lauk yang biasa dikonsumsi dari hasil buruan.
Sejak era pemerintahan Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi), pemerintah sebenarnya senantiasa menciptakan program untuk memajukan masyarakat adat termasuk Suku Mentawai baik secara persuasif maupun opresif. Akan tetapi, masyarakat suku tersebut masih enggan untuk menerima modernisasi.
Suku Mentawai merupakan salah satu suku tertua di Indonesia. Para peneliti percaya jika suku ini telah mendiami wilayah tersebut sejak tahun 500 SM.
Hal inilah yang menjadikan adat kebudayaan suku ini sangat kental dan kuat hingga tak termakan arus modernisasi.
(Foto: Rus Akbar/MPI)
Dihimpun dari berbagai sumber,masyarakat Suku Mentawai percaya bahwa semua hal yang ada di dunia memiliki roh dan jiwa.
Mereka juga meyakini jika roh ini tidak dirawat dengan baik, maka roh-roh ini akan bergentayangan dan memberikan kesialan serta penyakit.
Oleh karena kepercayaan itulah, masyarakat di sana berusaha untuk merawat roh dan jiwa dari setiap hal yang ada di sekitar. Hal ini pula yang membuat mereka menolak modernisasi.
(Rizka Diputra)