Dalam sehari Suparni sendiri memerlukan maksimal 10 kilogram beras mengingat kapasitas tempat atau 'boran' maksimal 10 kilogram nasi. Namun bila sepi ia hanya menyiapkan 5 kilogram beras, yang dapat memproduksi 5 kilogram nasi.
Perempuan yang sehari-hari berjualan di selatan Kantor Pemkab Lamongan tepatnya di pertigaan bawah pohon beringin Jalan KH Achmad Dahlan ini, mengaku dari porsi nasi tersebut bila ramai mampu menjual hingga 100 bungkus.
"Kalau lagi ramai 100 bungkus laku. Terlebih kalau liburan biasanya malah masak nasi dan lauknya lagi karena kurang. Ya kalau puasa gini kan orang - orang banyak yang buka puasa di masjid malamnya juga sahur di rumah,jadi ya turunlah," tuturnya sambil tersenyum.
Jumlah itu kian meningkat ketika momen lebaran dimana arus mudik dan balik, para masyarakat yang melakukan aktivitas silaturahmi pada Hari Raya Idul Fitri. Kenaikan bahkan mencapai 100 porsi lebih atau naik sekitar 50 persennya.
"Saya jualan dari jam 20.00 WIB sampai 03.00 WIB. Kalau tidak puasa jualan mulai jam 14.00 WIB sampai 02.00 WIB," ujar perempuan 53 tahun ini.
(Foto: Avirista Midaada/MPI)
Bagi anda yang ingin menyantap nasi boran ini tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Untuk satu porsinya dengan isi nasi, tahu, peyek kacang, telur, dan bumbu anda cukup merogoh kocek Rp 10.000
Tentu harga akan berbeda bila anda menggunakan lauk yang tergolong musiman layaknya ikan sili dan ikan kuthuk. Namun jangan khawatir kantong anda akan terkuras. Maksimal satu porsi nasi boran dapat dinikmati dengan harga Rp25.000.
"Ya kisarannya antara Rp10.000 sampai Rp25.000 lah. Kalau saya jualnya dari Rp8.000 hingga Rp20.000 yang termahal," sambungnya.
Di Lamongan sendiri terdapat beberapa tempat-tempat yang menjual nasi boran. Bila Anda melintasi Kota Lamongan pada sore hingga malam hari akan menjumpai sejumlah penjual nasi boran di trotoar di selatan Jalan Raya Lamongan - Surabaya.