Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tidak Lagi Diperebutkan, Tradisi Grebeg Syawal Tetap Jadi Daya Tarik Wisatawan

Erfan Erlin , Jurnalis-Kamis, 11 April 2024 |17:09 WIB
Tidak Lagi Diperebutkan, Tradisi Grebeg Syawal Tetap Jadi Daya Tarik Wisatawan
Tadisi Grebeg Syawal (Foto: Erfan Erlin/MPI)
A
A
A

KERATON Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar prosesi Garebeg Sawal atau Grebeg Syawal dalam rangka memperingati Idul Fitri 1445 H/Tahun Jimawal 1957, pada Kamis (11/4/2024). Ribuan masyarakat masih antusias menyaksikan hajatan ini.

Berdasarkan pantauan di lokasi, ratusan orang sudah memadati Kompleks Pagelaran dan Pelataran Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta sejak pagi tadi. Mereka ingin menyaksikan hajatan yang selalu digelar setiap Idul Fitri dan Idul Adha.

Namun, ada yang berbeda dari gelaran kali ini. Jika biasanya gunungan yang dibawa oleh Abdi Dalem dapat dirayah (diperebutkan) warga, namun tahun ini Keraton Ngayogyakarta memutuskan hanya dibagikan oleh petugas secara bergiliran kepada masyarakat.

Tim Pengkaji Kitab, KRT Zhuban Hadiningrat menyatakan prosesi daripada grebeg Syawal tahun ini berbeda dibandingkan dua tiga tahun lalu.

Hal tersebut hampir sama dengan prosesi HB VIII silam. Dia menandaskan jika prosesi seperti ini akan diteruskan di tahun tahun mendatang.

"Seharusnya Garebeg gunungan itu tidak dirayah, tetapi yang sebenarnya itu dibagikan," kata dia.

Di sisi lain, KRT Zhuban tidak menepis prosesi yang dikemas secara berbeda itu juga untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan bersama, mengingat banyak kejadian jatuh, kehilangan barang yang dialami masyarakat di tahun sebelumnya saat merayah.

Sementara Penghageng Kawedanan Reksa Suyasa KRT Kusumanegara mengatakan terdapat satu titik tambahan yang menjadi lokasi pembagian ubarampe gunungan, yakni Ndalem Mangkubumen, yang juga akan menerima sejumlah 50 buah.

"Ndalem Mangkubumen tak menjadi titik lokasi pembagian ubarampe gunungan Keraton," kata dia.

Untuk jumlah gunungannya sendiri, Keraton Yogyakarta menyediakan lima jenis gunungan, yakni dua Gunungan Kakung, satu Gunungan Estri, satu Gunungan Gepak, satu Gunungan Darat, dan satu Gunungan Pawuhan.

Setelah melalui proses kajian, dasar sejarah inilah yang menjadi alasan pembagian pareden di Ndalem Mangkubumen dilakukan kembali saat prosesi Garebeg Sawal pada masa pemerintahan Sri Sultan HB X ini. 50 pareden gunungan di Ndalem Mangkubumen akan diterima secara langsung oleh GKR Mangkubumi, putri sulung Sri Sultan HB X.

"Prosesi pembagian pareden di Ndalem Mangkubumen tersebut tidak dibuka untuk umum," ungkap dia.

Wisatawan asal Jakarta, Tia yang baru datang ke DIY sepekan ini memang sangat penasaran. Meski tidak merayah, ia dan rombongan tetap kebagian isi gunungan tersebut. Rencananya, akan dibawa ke Jakarta sebagai oleh-oleh budaya dari Yogyakarta.

"Rencana mau dibawa aja ke Jakarta dan disimpan buat kenang-kenangan," tuturnya.

Meski tidak merayah gunungan seperti biasanya, salah satu wisatawan asal Medan, Samsuryani mengaku tetap antusias mengikuti tradisi yang digelar Keraton Yogyakarta tersebut. Kata dia, gelaran tersebut menarik dan tersirat makna mendalam terkait budaya di Yogyakarta.

"Baru pertama kali kami kesini, kami orang Medan, Sumatera, senang sekali bisa ikut Grebeg Syawal di Jogja," ucap Samsuryani.

(Rizka Diputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement