TUBERKULOSIS atau biasa disebut dengan TB merupakan salah satu penyakit kronis menular dan mematikan. Menurut data Global TB Report 2023, Indonesia menjadi negara kedua dengan kasus TB tertinggi setelah India dengan estimasi sebanyak 1.060.000 kasus dan angka kematian mencapai 134.000 per tahun.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Imran Pambudi menjelaskan dengan penemuan peningkatan TB di 2023 yang meningkat hingga 77 persen atau 820.789 kasus, upaya eliminasi TB merupakan hal yang baik untuk dilakukan.
“Penemuan kasus itu bagus karena kita dapat segera mengobati mereka dan mereka dapat segera diobati agar tidak menyebarkan ke orang lain,” kata dr Imran dalam keterangan resmi Kemenkes 'Sehat Negeriku', Selasa (26/3/2024).
Dokter Imran mengatakan penanggulangan TB juga tertuang dalam peraturan presiden nomor 67 tahun 2021 yang membahas pengaturan dan strategi penanggulangan TBC. Karena satu-satunya negara yang memiliki perpres terkait tuberkulosis adalah Indonesia.
“Satu-satunya negara yang memiliki perpres terkait tuberkulosis adalah Indonesia, karena presiden mengatakan masalah TB tidak hanya masalah kesehatan, tetapi beberapa kementerian dan sektor juga harus mengambil tanggung jawab terkait hal ini,” ucap dr Imran.
Untuk itu, berbagai upaya percepatan penanganan TB telah dilakukan berbagai pilar sebagai pencegahan, promosi kesehatan, deteksi, pengobatan, dan surveilans, serta lintas sektor, antara lain:
1. Pencegahan TB dengan melakukan rapat sosialisasi perluasan pemberian terapi pencegahan
2. Promosi kesehatan dengan melakukan kampanye TBC bersama masyarakat dan multisektor pada hari peringatan TB dan Hari Kesehatan Nasional
3. Deteksi, pengobatan, dan surveilans dengan active case finding dalam kontak rumah tangga dan populasi berisiko seperti lapas atau rutan sepanjang 2022-2023. Pemerintah juga melakukan peluncuran penggunaan rejimen pengobatan BpaL/M secara nasional mulai Januari 2024 setelah dilakukan implementasi awal di empat provinsi
4. Kolaborasi multi sektor yaitu penyelenggaraan High Level Meeting (HLM) TB untuk memonitor keterlibatan 19 kementerian dalam upaya mengakhiri TB serta pembentukan Wadah Kemitraan Percepatan Penanggulangan TBC (WKPTB) yang melibatkan 19 kementerian dan 35 mitra.
Bukan cuma itu, adapun upaya lain yang dilakukan Kemenkes dalam pencegahan TB yaitu melakukan pertemuan dengan Kemenko PMK dan kementerian lain untuk membahas Rumah Singgah bagi pasien TB Resisten Obat (RO), coaching TB yaitu kegiatan pendampingan bagi tenaga kesehatan program TB (dokter, perawat, apotek, teknisi lab), dan optimalisasi penemuan kasus TBC melalui kegiatan skrining dan investigasi kontak kolaboratif dengan kader atau komunitas.
Ditambah pelatihan online untuk petugas kesehatan juga telah dilakukan melalui platform TB E-learning, workshop komunikasi motivasi organisasi penyintas tuberkulosis dan workshop perencanaan logistik program TBC.
(Leonardus Selwyn)