Wright menyatakan bahwa kelemahan paspor digital adalah potensi kerusakan teknologi dan biaya implementasinya.
Dia juga menyoroti risiko peretasan dan pemalsuan, menekankan pentingnya desain kegagalan aman (fail-safe design) untuk memastikan penumpang yang bersangkutan diperiksa secara menyeluruh oleh agen perbatasan jika terjadi kegagalan teknologi.
Langkah Finlandia ini menjadi tonggak penting dalam evolusi perjalanan digital di seluruh dunia. Dengan beberapa negara lain seperti Kroasia dan Belanda merencanakan program serupa, masa depan perjalanan mungkin akan semakin diwarnai oleh teknologi digital yang terus berkembang.
Seiring dengan inisiatif digitalisasi paspor, ada juga potensi untuk menerapkan teknologi ini pada berbagai aspek lain dari perjalanan, mulai dari visa elektronik hingga SIM digital.
Dengan demikian, Finlandia bukan hanya menjadi negara pertama yang menggunakan paspor digital, tetapi juga memimpin jalan menuju perjalanan yang lebih efisien, aman, dan terhubung secara digital di masa depan.
Langkah ini menunjukkan bahwa evolusi paspor, sebagai simbol perjalanan global, masih jauh dari selesai, dan teknologi terus menjadi penggerak utama di balik perubahan ini.
(Rizka Diputra)