BABY blues syndrome merupakan sebuah kondisi gangguan kesehatan mental yang dialami wanita setelah melahirkan. Kondisi ini umumnya ditandai dengan munculnya perubahan suasana hati, sedih atau murung secara berlebihan.
Dokter Spesialis Anak, dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH mengungkap bahwa kasus baby blues syndrome yang terjadi di Indonesia mencapai lebih dari 50 persen, dan angka tersebut termasuk yang tertinggi di Asia.
“Bahkan ada datanya ternyata baby blue di Indonesia tertinggi di Asia, 50 persen lebih ibu di Indonesia mengalami baby blues,” kata dr. Mesty dalam podcast di kanal Youtube Doktertono, dikutip MNC Portal Indonesia, Sabtu (17/2/2024).
Menurut dr. Mesty salah satu faktor penyebab ibu mengalami baby blues syndrome yaitu karena kesulitan untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayinya yang baru lahir. Pasalnya tak semua orang memiliki ASI yang lancar pasca melahirkan.
“Karena ketika lahir anaknya gak bisa menyusui, ibunya panik dan cemas akhirnya baby blues,” ujarnya.
Hal ini bisa membuat sang ibu stres dan panik karena tidak bisa memberikan nutrisi langsung ke bayinya. Oleh karenanya dr. Mesty mengingatkan pentingnya konseling laktasi pada ibu yang sedang hamil.
Konseling laktasi menjadi salah satu cara agar calon ibu mendapatkan bekal yang cukup untuk menyambut kelahiran sang bayi dan serta mengetahui cara menyusui bayi dengan baik.
“Jadi sebaiknya harus latihan, ibunya juga harus latihan. Bahkan konseling laktasi itu harusnya sudah konseling saat trimester ketiga. Jadi pas lahiran sang ibu bisa lebih tenang,” katanya.
Terkadang mereka yang baru menjadi orangtua belum memiliki bekal pengetahuan yang cukup sebelum hamil. Sehingga kerap kali dihadapkan dengan kondisi-kondisi yang membuat stres karena tidak paham cara mengatasinya.