FAKTA membuktikan masih banyak masyarakat yang belum percaya bahwa rokok elektrik atau vape dapat menimbulkan masalah kesehatan serius pada tubuh. Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Profesor Zubairi Djoerban mengatakan perempuan berusia 12 tahun asal Belfast mengalami koma usai kecanduan menggunakan vape.
Perempuan tersebut mengalami masalah pada salah satu bagian paru-parunya. Kini perempuan yang tidak diketahui identitasnya itu hanya bisa hidup menggunakan satu paru-paru saja di usianya yang masih sangat muda. Tentu saja itu merupakan kondisi yang sangat di sayangkan.
“Karena cara kerja vape yang melapisi paru-paru dengan bahan kimia. Barang ini mengandung campuran perasa, aditif aromatic, dan nikotin atau THC. Ramuan tersebut dilarutkan dalam cairan dasar berminyak,” kata Profesor Zubairi, dikutip dalam akun X miliknya @ProfesorZubairi, Kamis (11/1/2024).
Berdasarkan data CDC hingga Februari 2020 ada sebanyak 2.800 pengguna vape yang harus dirawat di rumah sakit karena EVALI (e-cigarette or vaping used-associated lung injury). Sebagian besar penderitanya merupakan kalangan anak usia muda.
EVALI tersebut merupakan penyakitanyang berkaitan dengan vitamin E asetat, yaitu bahan tambahan pada beberapa produk vape.
Selain EVALI, Profesor Zubairi pun menyebut bahwa ada beberapa efek lainnya yang dapat timbul yaitu popcorn lung atau bronchiolitis obliterans (BO), vaping-related lipoid pneumonia, paru-paru kolaps, risiko kanker, ledakan dan luka bakar saat isi ulang perangkat.
“Itulah mengapa vape dilarang WHO, dan sejumlah negara membuat aturan larangan penggunaan vape, bahkan hingga menaikkan pajak dan harganya,” ucap Profesor Zubairi.