Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Fakta Terbaru Kematian Matthew Perry, Ternyata Kecanduan Ketamine

Wiwie Heriyani , Jurnalis-Minggu, 17 Desember 2023 |08:47 WIB
 Fakta Terbaru Kematian Matthew Perry, Ternyata Kecanduan Ketamine
Matthew Perry semasa hidup. (Foto: TMZ)
A
A
A

AKTOR ternama Matthew Perry yang menjadi pemain Chandler Bing di serial Friends, meninggal dunia di usia 54 tahun.

Dikutip dari Los Angeles Times, Perry ditemukan tenggelam di hot tub atau bak mandi di kediamannya di wilayah Los Angeles pada 28 Oktober.

Nah, baru-baru ini laporan otopsi terbaru mengungkapkan fakta baru, bahwa penyebab utama kematian Perry yakni akibat efek akut dari ketamine, salah satu jenis obat bius dengan sifat psikedelik.

Matthew Perry

Laporan hasil otopsi itu diungkapkan oleh kantor pemeriksa medis Los Angeles County dalam laporan otopsi yang dirilis pada hari Jumat, (15/12/2023) waktu setempat.

Meski sebelumnya penyebab kematian Perry disebut karena tenggelam, penyakit arteri koroner, dan efek opioid, buprenorfin, namun kantor medis tersebut memastikan bahwa kematiannya terutama disebabkan oleh “efek akut ketamin”.

Ketamine adalah obat bius kuat yang semakin populer sebagai terapi alternatif untuk depresi, kecemasan, gangguan stres pasca trauma, dan masalah kesehatan mental lain yang sulit diobati. Namun, obat ini juga kerap digunakan sebagai penenang.

Laporan otopsi mengatakan bahwa Perry telah menjalani terapi infus ketamin, yaitu sekitar satu setengah minggu sebelum dia meninggal.

Dalam laporan otopsi tersebut juga disebutkan bahwa terdapat tingkat ketamin yang tinggi yang ditemukan dalam spesimen darah postmortem Perry.

“Efek mematikan utama akan disebabkan oleh stimulasi berlebihan pada kardiovaskular dan depresi pernafasan,” tulis laporan otopsi tersebut, dilansir dari The New York Times.

Tercatat juga dalam laporan tersebut bahwa tingkat ketamin yang ditemukan peneliti dalam darah Perry setara dengan jumlah ketamin yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur anestesi umum.

Pada Oktober 2023 lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) sendiri telah mengeluarkan peringatan terkait bahaya pengobatan gangguan kejiwaan dengan mengonsumsi gabungan dari obat tersebut.

Dalam tes toksikologi, juga mendeteksi tingkat “terapeutik” buprenorfin, obat yang menurut pemeriksa medis digunakan untuk mengobati kecanduan narkoba dan rasa sakit.

Asisten Perry juga sempat mengatakan dalam pernyataan saksi bahwa sang majikan memang kerap menemui psikiater dan mengonsumsi buprenorfin dua kali sehari sesuai resep.

Penyidik juga menemukan bukti obat penenang namun tidak menemukan bukti adanya alkohol, sabu, atau kokain.

Judy Melinek, Ahli Patologi Forensik yang tidak terafiliasi dengan penyelidikan kematian Perry, sebelumnya juga sempat mengatakan bahwa hasil tes bisa memakan waktu berminggu-minggu karena kurangnya ahli toksikologi, pendanaan, dan peralatan yang berkualifikasi.

“Pantas saja memakan waktu lama. Terkadang dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk melakukan penyelidikan yang tepat,” ujar Malinek.

Semasa hidupnya, Perry sendiri tidak segan-segan berbicara di depan umum tentang perjuangannya melawan minuman keras dan penggunaan narkoba. Ia juga terkadang harus dirawat di rumah sakit karena berbagai penyakit yang diidapnya.

Menurut pengakuannya sendiri, Perry telah menghabiskan lebih dari separuh hidupnya di fasilitas perawatan dan rehabilitasi. Salah satunya tertulis dalam memoar yang diterbitkan pada tahun 2022, yakni berjudul “Friends, Lovers and the Big Terrible Thing”.

Perry berbagi secara rinci beberapa masalah kesehatan yang dia hadapi selama bertahun-tahun. Termasuk serangkaian pengobatan medis yang ia lakuka pada tahun 2018 seperti pneumonia, infeksi usus besar, dua minggu dalam keadaan koma, sembilan bulan dengan kantong kolostomi dan operasi perut.*

(Dyah Ratna Meta Novia)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement