BEREDAR sebuah video, seorang pasien yang menderita Covid-19 disarankan untuk menjalani puasa, karena dianggap dapat membuat kondisi penderita lebih baik. Akhirnya kejadian ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat.
Lantas apakah itu benar?
Menyikapi hal tersebut, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Peofesor Zubairi Djoerban menjelaskan kejadian ini memang dinilai terbukti secara ilmiah. Akan tetapi, bukti ilmiah yang didapat masih belum banyak, sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
“Dari WHO sendiri tidak menyarankan untuk puasa total, tetapi mengurangi gula dan garam,” kata Prof Zubairi, dikutip dalam akun X miliknya @ProfesorZubairi, Rabu (13/12/2023).

Menurutnya, untuk penderita Covid-19 dengan gejala ringan diperbolehkan menjalani puasa. Akan tetapi, dengan syarat penderita kuat menjalani kegiatan tersebut. Namun, jika penderita mengalami gejala berat, kegiatan berpuasa ini tidak disarankan karena ditakutkan akan memperburuk keadaan.
Untuk itu, Profesor Zubairi mengatakan apabila seseorang terkena Covid-19, lebih baik untuk meminum obat seperti paxlovid atau favipiravir. Karena dua obat ini dipercaya memiliki evidence based medicine atau berdasarkan bukti yang kuat.
“Puasa juga baik untuk kesehatan. Puasa pada usia lanjut silakan. Puasa untuk Anda yang memiliki kencing manis dan darah tinggi juga boleh. Bahkan Puasa Ramadan juga boleh dilakukan pemain sepak bola asalkan kuat,” ucap Profesor Zubairi.
Walaupun begitu Profesor Zubairi kembali mengingatkan kepada masyarakat, pada prinsipnya mengenai puasa, jika seseorang sedang sakit lebih baik istirahat dan tidak menjalani puasa. Karena dalam segi agama pun, jika umat muslim sedang sakit dan dalam perjalanan diperbolehkan untuk tidak menjalani puasa.
“Begitu ya, sesuaikan dengan kondisi tubuh Anda kuat atau tidak untuk berpuasa,” tutur Profesor Zubairi.
(Leonardus Selwyn)