BANYAK anak banyak rejeki, idiom terkenal ini seperti tengah ditunjukkan secara nyata oleh pemerintah Jepang, dengan membuat kebijakan baru terkait natalitas alias angka kelahiran baru.
Pasalnya, mengutip laporan Naver, Senin (11/12/2023) pemerintah Jepang diketahui akan menggratiskan biaya kuliah bagi para keluarga yang punya banyak anak, di mana pembebasan biaya ini disebut akan diberlakukan selama empat tahun.
Dalam kebijakan unik itu disebutkan rencananya akan dimulai 2025 untuk setiap keluarga yang punya tiga anak atau lebih, akan dibebaskan dari biaya kuliah. Tidak hanya di tingkat universitas, pembebasan biaya juga akan diberikan untuk sekolah kejuruan dan perguruan tinggi teknik.
BACA JUGA:
(Foto: ASAHI/Koichi Ueda)
"Kebijakan ini akan diberlakukan bagi keluarga tanpa persyaratan pendapatan apa pun," dikutip dari Asahi.
Sebelumnya, pemerintah Jepang memang sudah memberikan kebijakan biaya sekolah dan universitas gratis. Namun kala itu dibuat berdasarkan angka pendapatan per rumah tangga. Kebijakan itu diberikan khusus buat keluarga di Jepang yang pendapatan tahunanny, a hanya mencapai 3,8 juta Yen atau sekira Rp404,97 juta.
Kebijakan fantastis yang bertujuan untuk mendongkrak angka kelahiran baru di Jepang tersebut itu, memang akan menguras keuangan negara. Awalnya pemerintah Jepang berencana mengalokasikan dana sekitar 3triliun Yen atau mencapai kurang lebih Rp319,7 triliun untuk kebijakan tersebut.
Hanya saja rencana pengeluaran ditambahkan lagi yakni 500 miliar Yen atau sekitar Rp53,28 triliun. Jadi uang yang akan dikeluarkan untuk kebijakan ini mencapai sekira Rp372,98 triliun.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mengatakan pemerintah memutuskan untuk menerapkan langkah-langkah konkret agar kebijakan tersebut bisa terealisasi dengan baik. Hanya saja, detail terkait rencana di atas belum diungkapkan ke publik hingga saat ini.
Diketahui berdasarkan data Kantor Statistik Nasional Jepang, jumlah bayi yang lahir di Jepang pada paruh pertama tahun 2023 ini sebanyak 352.240 bayi. Angka ini turun sebanyak 4,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tingkat kesuburan total tahun ini diperkirakan bahkan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
(Rizky Pradita Ananda)