Tidak lupa, Didiet juga menjelaskan soal filosofi aksesoris berupa sisir menyerupai mahkota yang menghiasi rambut sanggul BCL.
“Dengan memakai hiasan rambut yaitu sisir serupa mahkota di tengah dengan Centhung (perlambang gerbang), yang menandakan seorang perempuan akan memasuki gerbang tahapan baru kehidupan,” jelasnya.
“Dengan melati dan veil lembut, menemani Unge berjalan menuju tempat pelaminan,” imbuhnya.
Selain membeberkan kebaya yang dikenakan BCL, Didiet juga turut menjelaskan busana beskap yang dikenakan Tiko di momen akad nikah tersebut.
Didiet menyebut, beskap tersebut terinspirasi dari beskap Sikepan dengan dalaman kerah tinggi, lengkap dengam blankon yang menonjolkan nuansa aristokrat.

“Lengkap dengan Blangkon dan melati yang khusus didatangkan dari Jawa. (Melati sampai di lokasi jam 3 pagi hari itu). Dengan epek timang antik,” ungkapnya.
Didiet lantas tak lupa mengungkapkan rasa terima kasihnya karena diberi kepercayaan untuk merancang busana akad nikah sahabatnya itu.
“Terima kasih Unge, Tiko dan Noah yang percaya sama aku buat bikin baju akad nikah ini. Sebuah moment yang akan selalu kuingat. Litterally this is my Best Friend Wedding,” ungkapnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)