MASKAPAI Inggris, Virgin Atlantic berhasil menyelesaikan penerbangan dari London ke New York menggunakan 100 persen bahan bakar berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF), pada Rabu 29 November 2023.
Pesawat Boeing 787 tersebut membawa 60 ton propelan yang seluruhnya terbuat dari limbah lemak dan produk sampingan pertanian.
Meskipun jet ini tidak membawa penumpang atau kargo komersial, pendiri Virgin Atlantic Richard Branson, CEO Virgin Atlantic Shai Weiss, dan Menteri Transportasi Inggris Mark Harper turut serta dalam penerbangan tersebut.
BACA JUGA:
“Penerbangan bersejarah hari ini, yang menggunakan 100 persen bahan bakar penerbangan berkelanjutan, menunjukkan bagaimana kita dapat mendekarbonisasi transportasi dan memungkinkan penumpang untuk terus terbang kapan pun dan di mana pun mereka mau,” kata Mark Harper seperti dikutip dari Iflscience, Kamis (30/11/2023).
CEO Virgin Atlantic, Shai Weiss menambahkan bahwa penerbangan tersebut “membuktikan bahwa bahan bakar penerbangan berkelanjutan dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar jet yang berasal dari fosil dan merupakan satu-satunya solusi yang layak untuk dekarbonasi penerbangan jarak jauh.”
SAF ini terdiri dari 88 persen ester dan asam lemak terhidroproses (HEFA) dan 12 persen kerosin aromatik sintetik (SAK), yang berasal dari limbah produksi jagung

Bahan bakar berkelanjutan (SAF) memiliki potensi mengurangi emisi hingga 70%, namun biaya tinggi dan keterbatasan pasokan bahan membuat produksi skala besar sulit dilakukan. Saat ini, SAF hanya menyumbang sekitar 0,1 % dari total bahan bakar pesawat jet global.
BACA JUGA:
Industri penerbangan saat ini menyumbang 2-3% emisi global. Oleh karena itu, upaya untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050 merupakan target penting dalam melawan perubahan iklim.
Sebagai bagian dari strategi tersebut, pemerintah Inggris berencana mewajibkan semua maskapai penerbangan untuk menggunakan setidaknya 10% SAF pada tahun 2030. Namun, rencana tersebut menuai kritik dari aktivis lingkungan.
“Kita tidak dapat memproduksi sebagian besar kebutuhan bakar dengan cara ini karena kita tidak memiliki bahan bakunya. Dan bahkan jika benar, bahan bakar ini bukanlah ‘emisi nol bersih’ yang sebenarnya,” Ujar Dr Guy Gratton, profesor penerbangan dan lingkungan hidup di Cranfield University.
(Salman Mardira)