Bawa Pacar ke Candi Prambanan Bisa Bikin Putus?
CANDI Prambanan memang penuh dengan mitos, bahkan pembuatannya pun penuh dengan mitos. Tidak heran jika destinasi ini menjadi salah satu destinasi wisata populer yang ada di Yogyakarta.
Wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata ini pun tak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga turis mancanegara. Candi Prambanan juga menjadi salah satu pilihan destinasi wisata ketika kita ke Yogyakarta dan sekitar.
Namun, tahukah Anda jika ada mitos yang berkembang di kalangan masyarakat bahwa membawa pacar ke candi Prambanan bisa mengakhiri hubungan asmara pasangan tersebut. Mitos kandasnya suatu hubungan asmara setelah berkunjung dengan kekasih di Candi Prambanan ini ternyata bersumber dari kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso.
Hal ini tentu tidak terlepas dari cerita rakyat di balik pembangunan candi Prambanan itu sendiri. Kala itu, Bandung Bondowoso yang naksir berat dengan Roro Jonggrang rela melakukan apa saja demi mendapatkan pujaan hatinya ini.
Permintaan untuk membangun 1.000 candi dalam waktu semalam pun tak luput dipenuhi oleh Bandung Bondowoso. Dikatakan oleh Roro Jonggrang bahwa, ia bersedia untuk menikah dengan Bandung Bondowoso apabila ia sanggup mewujudkan permintaan Roro untuk membangun candi-candi tersebut.
Karena cinta setengah mati dengan Roro, Bandung Bondowoso tidak kehabisan akal, ia pun meminta bantuan para jin untuk melancarkan misinya itu. Ternyata taktik jitu Bandung Bondowoso diketahui oleh Roro Jonggrang, yang sebenarnya enggan dipersunting oleh pria yang dianggap membunuh sang ayah.
Oleh karena itu, Roro menggagalkan usaha Bandung Bondowoso dengan membuat suasana seakan-akan fajar telah tiba. Bandung Bondowoso yang yang mengetahui hal ini pun murka bukan kepalang, dengan rasa kecewa yang berat, ia kemudian mengutuk wanita yang ia cintai ini menjadi sebuah batu untuk melengkapi 1000 candi itu.
Dipercaya kini, Roro Jonggrang telah menjadi arca di candi Prambanan yang bisa dilihat oleh wisatawan. Terlepas dari mitos atau cerita yang ada, hal ini kembali pada kepercayaan masing-masing individu.
(Martin Bagya Kertiyasa)
