Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tenaga Medis di Rumah Sakit Indonesia Bekerja bak Malaikat, Hampir Tidak Pernah Tidur

Dyah Ratna Meta Novia , Jurnalis-Jum'at, 10 November 2023 |18:25 WIB
Tenaga Medis di Rumah Sakit Indonesia Bekerja bak Malaikat, Hampir Tidak Pernah Tidur
RS Indonesia. (Foto: MER-C)
A
A
A

KINI sudah sebulan lebih para tenaga kesehatan di Rumah Sakit Indonesia yang ada di kawasan Beit Laiha, Gaza, Palestina bekerja keras sekuat tenaga. Mereka sangat sulit beristirahat sebab jumlah korban terus meningkat, banyak warga Gaza butuh dirawat.

Fikri Rofiul Haq, sukarelawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) dari Indonesia mengatakan, saat tidak ada waktu buat para tenaga kesehatan di Rumah Sakit Indonesia istirahat. "Setiap saat para korban serangan Israel berdatangan dan harus dirawat," katanya dikutip dari Al Jazeera.

Bahkan Rumah Sakit Indonesia semakin penuh sesak karena banyaknya warga Gaza yang berlindung di dalamnya, baik para korban yang sakit, maupun pengungsi yang kehilangan rumah.

"Rumah sakit benar-benar butuh tenaga bantuan kesehatan tambahan. Mereka sudah bekerja selama 24 jam penuh tanpa henti," kata Fikri Rofiul Haq.

Para tenaga kesehatan di Rumah Sakit Indonesia di Gaza memang benar-benar bekerja layaknya malaikat.

Bak malaikat, para tenaga kesehatan hampir tidak pernah tidur. Mereka berjuang keras menyelamatkan warga Gaza yang jadi korban rudal-rudal Israel.

Mereka juga tidak mengeluh ketika tantangan demi tantangan berdatangan. Mulai dari jumlah korban yang terus meningkat hingga keadaan rumah sakit yang semakin terbatas.

"Setidaknya di rumah sakit ini sudah ada 870 orang yang meninggal dan 2.530 orang dirawat karena luka-luka," kata Fikri Rofiul Haq.

Kondisi Rumah Sakit Indonesia di Gaza memang sangat memprihatinkan. Blokade yang diterapkan Israel ke wilayah Gaza membuat berbagai keperluan yang dibutuhkan Rumah Sakit Indonesia sulit untuk diberikan. Obat-obatan, bahan bakar, hingga donasi yang biasanya terkirim dari Indonesia justru tertahan. Alhasil para tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Indonesia bekerja dalam kondisi yang kurang ideal.

Ditambah lagi, RS Indonesia baru saja dijatuhi 11 rudal oleh tentara Israel. Perjuangan mereka makin sulit.

Dokter Marwan Sultan, Direktur Medis di Rumah Sakit Indonesia menjelaskan, situasi di rumah sakit memburuk karena generator listrik kehabisan bahan bakar. Dua hari setelah pengeboman kamp pengungsian Jabalia atau pada 2 November 2023 lalu, rumah sakit itu kehilangan daya listrik.

"Konsekuensinya kami berhenti melakukan operasi terhadap pasien kecuali operasi itu untuk menyelamatkan nyawa," ujar Dokter Marwan dikutip BBC.

"Bangsal pasien tidak dapat berfungsi. Kami mengandalkan obor kecil sementara pasien di unit perawatan intensif (ICU) menggunakan generator listrik kecil," ucap Dokter Marwan sedih.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement