Penemuan peninggalan sejarah mengenai Mpu Sindok hanya terjadi ketika Mpu Sindok masih menjadi patih dari raja bernama Mpu Daksa saat masih beribukota di Jawa Tengah. Salah satu yang disebut Suwardono, adalah peninggalan Candi Songgoriti yang berada di sisi barat lereng utara Gunung Kawi.
"Nggak ada, kalaupun Gunung Kawi itu di bawah yang Candi Songgoriti, kalau Candi Songgoriti itu memang iya. Tapi itu pada masa berbeda, itu saat Mpu Sindok masih menjadi patihnya Mpu Daksa. Terus ada lagi Prasasti Sengguran di lereng Gunung Kawi, Sindok itu masih menjadi patihnya Daksa," bebernya.
"Tapi ketika dia jadi raja dan kemudian mengalihkan pusat pemerintahannya ke Jawa bagian timur ini, kayaknya enggak ada atau mungkin belum ditemukan prasastinya," imbuhnya.
Jika pun ada kaitannya penemuan lempengan-lempengan tembaga yang diduga prasasti di kawasan Gunung Kawi kata dia, maka perlu diteliti kembali kebenarannya.
(Foto: Avirista Midaada/MPI)
Sebab bisa saja prasasti itu letaknya bukan di situ, apalagi lempengan tembaga cukup mudah dipindah kemana-mana. Alhasil lempengan itu ditemukan seseorang di perkebunan kopi, atau lainya di sekitar Gunung Kawi, namun tidak ada kaitannya dengan Gunung Kawi.
"Sehingga kalaupun ditemukan Prasasti Sindok di Gunung Kawi umpamanya bisa saja dibawa orang, dialihkan, disimpan, disembunyikan, akhirnya ditemukan ditemukannya di Gunung Kawi, seperti Prasasti Ukir Negara, yang dari Gunung Kawi itu nggak di sana tempat aslinya sebenarnya," jelasnya.
Sebelumnya, pemandu wisata Keraton Gunung Kawi bernama Jono menuturkan, dua makam itu merupakan seorang tokoh asal Kerajaan Kediri yang masih keturunan Mpu Sindok. Keduanya konon meninggal dan dimakamkan di daerah Gunung Kawi pada 1115.
"Eyang Toenggol Manik dan Eyang Tonggoel Wati ini dari Kerajaan Kediri dan masih keturunan dari Mpu Sindok," kata Jono.
(Rizka Diputra)