DESAINER Harry Halim kembali menampilkan eksistensinya di industri fesyen Tanah Air lewat peragaan busana Spring/Summer 2024. Ini ketiga kalinya bagi Harry Halim menampilkan sederet karyanya yang identik dengan tema ‘genderless’ di panggung fesyen Tanah Air.
Seolah ingin keluar dari zona nyaman, Harry Halim mulai berani mengenalkan sederet koleksi ‘tak biasa’ di Indonesia. Ini pun merupakan kali pertamanya lagi dia mengadakan pameran busana setelah lama menetap di Paris, Prancis.
Karyanya selama ini banyak dipakai oleh kalangan artis ternama, tak hanya lokal, namun juga artis hingga penyanyi mancanegara. Sebut saja Dua Lipa, Cardi B, Lady Gaga, Miley Cyrus, hingga Jared Leto.
Di koleksi kali ini, Harry Halim membuka peragaan bertajuk ‘White Lies’ dengan dominasi busana ala couture bernuansa palet hitam. Koleksi ini sendiri bak ingin membantah stereotip bahwa warna tersebut tidak sesuai dengan musim semi.
“Hitam adalah tribute saya kepada semangat perlawanan anak muda,” ujar Harry Halim, dalam jumpa pers, sebelum peragaan dimulai.
“Namun, pekatnya hitam kemudian memudar, digantikan oleh erupsi warna-warna terang yang dinamis, sebuah pesta penuh keberanian mencolok, bagaikan perayaan akan pergantian musim baru,” sambungnya.
Kejutan pada koleksi kali ini adalah sebuah ‘interlude’. Pasalnya, palet hitam yang merupakan signature dari ‘maison’ ini kembali menyapa, sebelum bertransisi secara dramatis menjadi sederet koleksi dramatis berwarna putih.
Meski didominasi dengan warna putih yang tampak polos, namun setiap koleksi busana tersebut tampak memiliki sisi dramatis masing-masing. Mulai dari paduan korset dengan bawahan nan menjuntai menyerupai gaun pernikahan, dress tule panjang transparan berhiaskan motif embroidery berpadu dengan luaran panjang berbahan satin
Ada juga koleksi blazer putih nan elegan yang tak kalah mencuri perhatian. Blazer tersebut tampak dihiasi aksen glitter dan sayap berkerut dan tampak dikenakan salah satu muse dari kalangan artis, yakni Sophia Latjuba.
Sederet koleksi palet putih ini menjadi penutup nan kontras yang anggun lewat dekorasi detail ‘intricate’ serta kontruksi yang terinspirasi oleh arsitektur bergaya lembut.
Kontradiksi ini semakin menawan dengan kehadiran siluet yang melintas batasan gender, menyuarakan kebebasan dan keselarasan yang mengalir indah. Tak hanya menjadi ‘piece de resistance’ dari koleksi ini, namun juga sebuah simbol optimisme terhadap awal yang baru.
(Martin Bagya Kertiyasa)