Bibit-bibit konflik tersebut mulai terjadi sejak dikeluarkannya Perda Nomor 50 tahun 1950 tentang Pembentukan Wilayah Otonom oleh Provinsi Sumatera Tengah waktu itu yang mencakup wilayah Sumatera Barat, Riau yang kala itu masih mencakup wilayah Kepulauan Riau, dan Jambi sekarang.
Bagaimanapun, pertentangan ini dianggap sebagai sebuah pemberontakan oleh pemerintah pusat, yang menganggap ultimatum itu merupakan proklamasi pemerintahan tandingan, dan kemudian ditumpas dengan pengerahan kekuatan militer terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah militer Indonesia.

Nikita Willy, artis berdarah Minangkabau (Foto: IG/@nikitawillyofficial94)
Akibatnya, pemerintah pusat menaruh perhatian berlebihan kepada kawasan itu dengan cara Jawanisasi: mengirim banyak militer dan pejabat sipil dari Jawa ke Tanah Minang. Tentunya masuknya banyak etnis ke Minang ini membuat semangat dan identitas masyarakat Sumatera Barat perlahan lenyap.
Hingga mereka juga melakukan kreasi atas nama sehingga terdengar lebih kreatif. Bisa melakukan penyesuaian ketika mengadopsi nama Barat. Seperti 'Michael' yang diubah menjadi "Maikel" sesuai pelafalan orang pada umumnya.
(Rizka Diputra)