Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Jendela Dekat Makam Nabi Muhammad yang Dibiarkan Terbuka Selama 1400 Tahun

Rizka Diputra , Jurnalis-Kamis, 17 Agustus 2023 |18:02 WIB
Kisah Jendela Dekat Makam Nabi Muhammad yang Dibiarkan Terbuka Selama 1400 Tahun
Jendela Sayyidah Hafshah binti Umar di Masjid Nabawi, Kota Madinah selama 1400 tahun atau 14 abad dibiarkan terbuka (Foto: dok. Muhammad Hanif)
A
A
A

JIKA Anda berziarah ke makam Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam di Masjid Nabawi, Kota Madinah, persis di depannya terdapat sebuah jendela yang terbuka menghadap langsung ke pusara makam Rasulullah.

Diriwayatkan bahwasanya, jendela yang bangunannya masih asli itu selalu terbuka dan tak ada seorang pun yang berani menutupnya sejak 1400 tahun silam, bahkan Raja Saudi sekalipun!

Apa sebab? Tak lain karena jendela tersebut terikat oleh sebuah janji seorang ayah kepada putrinya.

Bahkan mungkin banyak peziarah tidak mengetahui mengapa jendela itu dibiarkan menganga, bahkan setelah Masjid Nabawi telah melalui serangkaian perluasan dan pembangunan sampai sekarang.

Masjid Nabawi, Madinah

Masjid Nabawi di Kota Madinah (Foto: IG/@makkah_madina.is_lifeline)

Dikutip dari laman Sanad Media, cerita mengenai jendela yang selalu terbuka di belakang makam Rasulullah ini berawal saat perluasan Masjid Nabawi yang kedua pada tahun 17 Hijriah.

Saat itu jumlah kaum muslimin melonjak tajam menyusul meluasnya wilayah kekuasaan Islam atau yang dikenal dengan istilah futuhat. Tak pelak, para peziarah ke Masjid Nabawi pun mengalir bak air bah.

Masjid Nabawi pun tidak mampu lagi menampung banyaknya lautan manusia. Alhasil, Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan perluasan masjid.

Jendela Sayyidah Hafshah di Masjid Nabawi

Jendela Sayyidah Hafshah (Foto: Sabili/Muhammad Hanif)

Akan tetapi, sang khalifah menemukan sedikit kendala saat perluasan masjid. Penyebabnya ialah keberadaan rumah putri sang khalifah sendiri, Hafshah binti Umar. Hafshah dalam sejarah Islam tercatat sebagai Ummul Mukminin, salah seorang istri Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam.

Rumah Hafshah binti Umar itu terletak persis bersebelahan (sebelah selatan) dengan makam Nabi atau berhadapan langsung. Di tempat itulah para peziarah berhenti untuk mengucapkan salam kepada baginda Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam.

Tempat itu tak lain ialah kamar Sayyidah Hafshah binti Umar. Di tempat itulah Hafshah dahulu menemani Rasulullah saat tidur bersamanya. Namun, untuk kepentingan perluasan, kamar yang penuh kenangan bersama baginda Nabi itu terpaksa harus dirobohkan.

Khalifah Umar pun bingung bagaimana cara membujuk Hafshah agar mau merelakan rumah itu demi perluasan Masjid Nabawi. Sudikah Hafshah binti Umar angkat kaki ke tempat lain dan meninggalkan rumah sederhana yang penuh kenangan indah bersama manusia paling mulia di dunia dan akhirat itu?

Singkat cerita, Sayyidina Umar bin Khattab menemui putrinya Hafshah untuk menyampaikan soal proyek tersebut. Bak petir di siang bolong, tangis Hafshah pun pecah setelah mendengar detail cerita ayahandanya.

Terang saja ia menolak meninggalkan rumahnya. Sang khalifah gagal meyakinkan putrinya. Setelah dua hari berlalu, Khalifah Umar kembali menemui sang putri tercinta. Namun, Hafshah tetap bersikukuh menolak rencana itu. Dirinya emoh meninggalkan tempat penuh kenangan indah bersama sang mulia baginda Rasul Shallallahu alaihi Wasallam.

Jendela Sayyidah Hafshah di Masjid Nabawi

Jendela Sayyidah Hafshah (Foto: MPI/Sucipto)

Di tengah kebingungan itu, para sahabat akhirnya mulai bermusyawarah mencari cara yang dapat melunakkan hati sang putri khalifah. Bayangkan saja, semua usulan atau opsi yang ditawarkan ditolak mentah-mentah oleh Hafshah.

Bahkan, Aisyah istri Nabi dan para tokoh sahabat yang ikut serta memberikan saran tak digubris oleh Hafshah. Ia tetap tak bergeming dengan keputusannya dan bersikukuh ingin tetap tinggal di kamar yang hanya berbatas tembok dengan makam Nabi itu.

Beberapa malam berlalu, datanglah Khalifah Umar beserta putranya Abdullah menemui Hafshah. Pada pertemuan kali ini hati Hafshah mulai melunak. Ia menerima usulan rencana perluasan Masjid Nabawi perihak rumahnya itu. Namun, Hafshah mengajukan syarat agar ia bisa menempati kamar saudaranya, Abdullah, yang berada persis di samping kamarnya.

Tak hanya itu, di kamar itu pula, Hafshah meminta kepada ayahnya dibuatkan sebuah jendela yang selalu terbuka agar ia bisa terus memandangi makam Sang Kekasih, Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam. Alhasil, jendela itu harus selalu terbuka selamanya, sampai akhir dunia.

Setelah Sayyidah Hafshah wafat, jendela itu tetap dibiarkan terbuka hingga hari ini, melewati kurun waktu 1400 tahun atau 14 abad lamanya jendela itu tetap dibiarkan menganga menghadap langsung ke pusara makam Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam.

Jendela Sayyidah Hafshah di Masjid Nabawi

Jendela Sayyidah Hafshah (Foto: TikTok/@erwinismailkohler)

Jendela ini sebenarnya memiliki beberapa nama. Imam As-Suyuthi menyebutnya sebagai 'Jendela Umar bin al-Khattab', sementara Ibnu Katsir menamakannya 'Jendela Keluarga Umar'. Setiap penguasa yang memimpin Masjid Nabawi selalu memperhatikan keberadaan jendela yang terbuka ini.

Pemerintah Kerajaan Saudi pun tetap menjaga janji Khalifah Umar terhadap putrinya Sayyidah Hafshah untuk membiarkan jendela ini selalu terbuka, bahkan mungkin hingga akhir dunia nanti. Wallahu a'lamu bishshawab.

(Rizka Diputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement